Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Pemain Indonesia Berguguran di Korea Masters 2018, "Kutukan" Berlanjut?

1 Desember 2018   06:25 Diperbarui: 1 Desember 2018   18:26 2022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunggal putri Indonesia, Fitriani, terhenti di perempat final Korea Masters 2018/Foto: Kompas Bola

Ada puluhan turnamen dalam kalender satu tahun yang digelar oleh BWF selaku ibu dari bulutangkis dunia. Tahun ini, rangkaian turnamen tersebut diberi nama BWF World Tour, menggantikan label BWF Super Series/Premier di tahun lalu.

Nah, dari sekian turnamen yang digelar rutin setiap tahun tersebut, ada turnamen-turnamen yang menjadi "langganan" bagi pemain Indonesia untuk naik podium juara. Salah satunya turnamen elit, All England Open. Pemain-pemain Indonesia bergantian juara di turnamen bulutangkis yang disebut-sebut tertua di dunia layaknya turnamen Piala FA Inggris di sepak bola.

Namun, ada satu turnamen yang seolah menjadi 'kutukan' bagi pemain-pemain Indonesia. Satu turnamen itu yakni Korea Masters yang sedang berlangsung pekan ini. Faktanya, sejak turnamen ini digelar pada 2007 silam, belum pernah ada pemain Indonesia yang juara di turnamen BWF World Tour Super 300 yang "naik kelas" dari level Grand Prix Gold.

Dari 11 kali penyelenggaraan yang menghasilkan 55 juara, pemain-pemain tuan rumah sangat mendominasi dengan 50 pemain telah jadi juara Korea Masters. Artinya, hanya ada lima pemain luar Korea yang pernah juara (Tiongkok 3 pemain dan Jepang 2 pemain).

Kenapa pemain-pemain Indonesia sulit juara di Korea Masters? Benrkah ada kutukan?

Bila mengamati siapa saja pemain Indonesia yang bermain di Korea Masters dalam beberapa tahun terakhir, bisa diambil kesimpulan bahwa turnamen ini memang bukan prioritas utama bagi PBSI. Faktanya, PBSI lebih sering mengirimkan pemain-pemain pelapis ketimbang pemain utama. Meski, PBSI juga pernah mengirimkan nama-nama beken.

Seperti pada tahun 2017 lalu, ganda campuran Hafiz Faiza//Gloria Widjaja hanya mampu sampai di semifinal. Kemudian di tahun 2015, Jonatan Christie terhenti di perempat final usai dikalahkan Lee Dong-Keun yang akhirnya jadi juara. Sementara ganda putra Marcus Gideon/Kevin Sanjaya yang di tahun itu merupakan masa-masa awal mereka dipasangkan, langsung out di putaran kedua.

Tidak dijadikannya Korea Masters sebagai prioritas boleh jadi karena waktu penyelenggaraannya yang memang "nyempil" jelang penghujung tahun. Ketika tenaga pemain-pemain utama sudah terkuras usai tampil di rentetan turnamen selama bulan-bulan sebelumnya. Contohnya tahun ini, Korea Masters digelar di akhir November hingga awal Desember. Padahal, beberapa pemain top tengah mempersiapkan tampil di BWF World Tour Finals pada pertengahan Desember nanti.

Situasi itu yang membuat beberapa pemain top Indonesia, mundur dar Korea Masters 2018. Seperti Anthony Sinisuka Ginting, Tommy Sugiarto dan pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Termasuk juga Jonatan Christie dan ganda campuran racika baru, Tontowi Ahmad/Della Destiara Haris.

Bahkan, tidak hanya pemain Indonesia, beberapa pemain top dunia juga memilih mundur dari turnamen ini. Diantaranya tunggal putri terbaik Thailand, Ratchanok Intanon dan juga ganda putri Thailand yang akan tampil di final BWF World Tour, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prangjongjai.

Lalu, bagaimana pencapaian pemain Indonesia di Korea Masters tahun 2018 ini?

Terlepas dari potret kelam penampilan pemain Indonesia Korea Masters di masa lalu, tahun ini sebenarnya menjadi periode terbaik bagi Indonesia untuk meraih gelar pertama di turnamen ini. Setidaknya, setelah 12 tahun, akhirnya ada pemain Indonesia yang juara di sini.

Pasalnya, PBSI mengirimkan beberapa pemain utama yang menjadi unggulan 1 di turnamen ini. Salah satunya ganda putra pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Apalagi, Fajar/Rian tampil di Korea Masters 2018 setelah jadi juara di turnamen Syed Modi International (BWf World Tour Super 300) di India.

Yang terjadi, pasangan peraih medali perak Asian Games 2018 ini justru langsung tersingkir di putaran pertama. Fajar/Rian kalah rubber game dari "pasangan gado-gado", Tan Boon Heong (Malaysia)/Kim Sa-rang (Korea). Kombinasi Tan Boon Heong (31 tahun)--yang merupakan mantan tandem Hendra Setiawan di tahun lalu---bersama Kim sa-rang (29 tahun), salah satu pemain berpengalaman Korea yang pernah juara Asia 2012, rupanya mengagetkan Fajar/Rian.

Bahkan, tadi malam, Jumat (30/11/2018), Tan Boon Heong/Kim sa-rang memastikan lolos ke semifinal setelah mengalahkan ganda putra Indonesia lainnya, Berry Angriawan/Hardianto, 21-16, 21-17.

Dan memang, fase perempat final Korea Masters yang dimainkan, Jumat (30/11/2018) kemarin seperti kurang ramah bagi pemain-pemain Indonesia. Dari tujuh pemain Indonesia yang tampil, lima pemain tersingkir. Selain Berry/Hardi, pasangan muda di ganda campuran, Akbar Bintang Cahyono/Winny Oktavina juga tumbang. Serta, dua tunggal putra Ihsan Maulana Mustofa dan Shesar Hiren Rhustavito dan Fitriani di tunggal putri.

Ihsan takluk rubber game dari andalan tuan rumah yang juga unggulan 1, Son Wan-ho. Sempat unggul 21-16 di game pertama, Ihsan kalah 17-21 di game kedua dan penampilannya makin mengendur di game ketiga (kalah 13-21). Sementara Shesar kalah straight game dari pemain Malaysia, Lee Zii Jia.

Di tunggal putri, Fitriani juga terhenti di perempat final. Dia kalah dari pemain senior Tiongkok, Li Xuerui yang merupakan peraih medali emas Olimpiade 2012. Sebelumnha, Li yang tahun ini kembali ke lapangan usai absen cukup lama karena cedera, menyingkirkan andalan Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung di round 1.

Di semifinal yang akan dimainkan Sabtu (1/12/2018), Indonesia hanya menyisakan dua pemain. Yakni pasangan ganda putri Yulfirah Barkah /Jauza Fadhila Sugiarto dan pasangan ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.

Praveen/Melati dan Yulfira/Jauza yang di perempat final menyingkirkan pemain tuan rumah, bakal kembali bersua dengan pemain-pemain Korea di semifinal. Praveen/Melati bertemu pasangan Choi S Gyu/Shin Seung Chan dan Yulfira/Jauza bertemu unggulan 3, Chang Ye Na/Jung Kyung Eun.

Kepada dua ganda yang belum meraih gelar inilah, harapan Indonesia bertumbuh. Ada tanya besar, apakah keduanya akan mengakhiri "kutukan" Indonesia di Korea Masters 2018.

Khusus Praveen/Melati yang menjadi unggulan 1 di ganda campuran, turnamen ini akan menjadi kesempatan untuk meraih gelar pertama bagi mereka sejak dipasangkan pada akhir tahun 2017 lalu.  Terlebih, tidak ada ganda campuran Tiongkok yang di tahun mendominasi. Sejauh ini, prestasi terbaik Praveen/Melati adalah runner up India Open Super 500 pada awal Februari lalu. Bagaimana kali ini? Semoga ada kabar bagus. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun