Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Cerita Christoph Waltz dan Peluang "Personal Branding" di Kompasiana

29 Oktober 2018   23:20 Diperbarui: 30 Oktober 2018   07:37 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: irishtimes.com

Saya meyakini, orang rajin dan orang malas pada akhirnya akan mendapat hasil berbeda. Mungkin mereka yang malas berpikir tidak ada gunanya bekerja keras jika ternyata tidak ada perlakuan berbeda bagi yang rajin dan yang asal bekerja.

Namun, saya percaya, motivasi melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh adalah awal pembuka kesuksesan. Minimal, kita akan dikenal sebagai orang yang "mau bekerja".

Aktor Hollywood, Christoph Waltz membuktikan, kesungguhan dalam bekerja telah berdampak besar dalam kariernya. Siapa sangka, Waltz yang selama 30 tahun mengabdi di dunia seni peran tetapi namanya nyaris tak terdengar di Hollywood, mendadak naik ke panggung elit Academy Award. Dia meraih Piala Oscar di tahun 2010 untuk kategori pemeran pendukung terbaik.

Waltz, actor kelahiran 4 Oktober 1965 yang dibesarkan oleh orang tua yang bekerja di lingkungan teater di Vienna, Austria, terbilang telat masuk Hollywood. Karier Waltz di "istana seni peran" ini baru dimulai di usia 53 tahun ketika dirinya bertemu sutradara dan penulis skenario, Quentin Tarantino.

Sebelumnya, mengikuti jejak orang tua, ia melakoni akting sebagai penghidupan dan panggilan hati. Selama 30 tahun, seperti tak kenal lelah, Waltz berperan dari satu serial ke serial lainnya di televisi Jerman. 

Begitu menjejak Hollywood, Waltz langsung menyita perhatian. Peran Waltz sebagai Hans Landa dalam film Inglouriuos Basterds (2009) arahan Tarantino, mengantarnya menerima Piala Oscar pertama pada 2010. Saya pun yang waktu itu menonton film ini, belum tahu Waltz---sekadar tahu Brad Pitt dan Michael Fassbender sebagai pemeran utama, tapi langsung terpukau dengan kemampuan aktingnya.

Piala Oscar tersebut bak kado kesetiaan panjang Waltz dalam berkarya. Kesetiaan berkarya di televisi dalam jangka waktu lama, ternyata menjadi branding dirinya. Meski, ia mungkin tidak berharap muluk-muluk, sekadar cinta menekuni profesinya.

Dan pada 2012, kemampuan akting Waltz semakin diakui. Dia kembali meraih Oscar dalam kolaborasi keduanya dengan Tarantino di film Django Unchained. Waltz bahkan mengalahkan nama-nama top Hollywood seperti Robert de Niro (film Silver Lining Playbook), Alan Arkin (Argo), Philip Seymour Hoffman (The Master) dan Tommy Lee Jones (Lincoln). Tokoh-toko itu sejatinya inspirasi Waltz dalam bekerja akting. Dia merasa posisinya sekarang karena belajar dari mereka.

"Robert De Niro dan Alan Arkin adalah figur yang jadi model buat saya ketika mulai melakoni profesi ini. Saya sampaikan terima kasih kepada mereka," ujar Waltz.

Sukses Waltz tidak diraih dengan mudah. Dia harus melalui proses melelahkan. Tarantino menemukannya usai melewati proses pencarian (audisi) panjang. Kepada The New York Times, Tarantino pernah menggambarkan mengapa dirinya memilih Waltz. Dia menyebut menciptakan karakter seperti menulis puisi. Baginya, tak cukup seorang aktor sekadar kompeten berakting. "Ia harus memahami puisiku," ujarnya.

Dan Waltz dipercaya Tarantiono membawakan puisi bernama Hans Landa yang menghadirkan sosok jahat, dingin dan absurd di film Inglourious Basterds. Dan, di film Django Unchained (2012), Tarantino tidak lagi melakukan audisi. Dia khusus menuliskan 'puisi' bernama Dr Schultz hanya untuk Waltz. Piala Oscar membuktikan karakter dalam puisi itu terbukti kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun