Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Agar Kita Tidak "Di-persona non-gratakan" Karena Cara Bicara

19 Oktober 2018   22:47 Diperbarui: 19 Oktober 2018   22:54 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untuk bisa ngomong yang enak didengar banyak orang itu ternyata ada ilmunya. Tentunya ini bukan jenis ngomong santai seperti di warung kopi yang bisa dilakukan sambil tertawa ngakak, ngemil pisang goreng atau nyeruput kopi. Ini jenis bicara yang jika keliru, bisa berakibat gawat bagi yang bicara.

Di beberapa kota, ada kelas kursus yang namanya kelas public speaking. Muridnya kebanyakan para pengusaha muda, mahasiswa ataupun entertainer. Sesuai namanya, kelas ini mengajari mereka cara benar ketika berbicara di depan publik.

Dalam buku The Power of Public Speaking (2008), presenter senior Charles Bonar Sirait, mengulas banyak hal tentang kemampuan berbicara di depan publik ini. Tentang bagaimana cara menyiapkan materi bicara agar tidak membosankan, bagaimana mengatasi grogi ketika bicara di depan banyak orang, atau cara membuat audience bisa tertarik dengan apa yang kita bicarakan dan sebagainya.

Menurut Charles Bonar Sirait, kemampuan berbicara di depan publik sejatinya bisa dikuasai oleh semua orang. "Kemampuan public speaking itu bisa dipelajari. Ini bukan soal seseorang berbakat atau tidak," ujarnya di buku tersebut.

Bicara soal public speaking, mereka yang terbiasa bicara di depan banyak orang, rasanya harus belajar tentang teknik ini untuk menghindari yang namanya keseleo lidah.

Ya, keseleo lidah, entah siapa yang kali pertama mengenalkan istilah aneh ini. Aneh karena bagaimana bisa lidah yang katanya tak bertulang itu keseleo. Tentu saja ini bukan makna sebenarnya. Sekadar istilah yang sering dipakai teman-teman jurnalis untuk menggambarkan seseorang yang (tidak sengaja) salah ketika bicara.

Efek keseleo lidah ini malahan lebih bahaya daripada keselo kaki atau keselo tangan. Kalau keseleo kaki, cukup diolesi balsem sudah sembuh. Tapi kalau keseleo lidah, efeknya sulit hilang kecuali orang yang mendengar omongan itu sudah lupa. Apalagi kalau yang keseleo lidah itu pejabat publik terkenal yang jadi sorotan banyak orang. Urusannya bisa panjang.

Namun, selain kemampuan berbicara di depan banyak orang agar tidak keseleo lidah, ada "skill" dalam berbicara yang jauh lebih penting untuk dikuasai. Dan untuk menguasai skill ini, kita tidak harus mengikuti kelas public speaking. Sebab, kuncinya sebenarnya bergantung mau atau tidak.

Skill ini berkaitan dengan sikap kita ketika berbicara dengan orang lain. Bahwa, sikap kita ketika berbicara dengan orang lain, akan menentukan kesan orang lain terhadap diri kita.

Semakin baik kita bersikap ketika berbicara, orang di sekeliling kita juga akan merasa nyaman bila berinteraksi dengan kita. Sebaliknya, bila kita tidak bisa menjaga etika ketika berbicara, banyak orang akan menjadi ilfeel dan tidak respek dengan kita. Ujung-ujungnya, kita akan "dipersona non-gratakan" alias tidak disukai.

Nah, agar tidak menjadi orang yang dipersona non-gratakan dalam komunitas pergaulan, ada beberapa sikap yang harus kita jauhi ketika berbicara. Apa saja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun