Lucunya, tidak jarang, mereka yang menulis komentar di tulisan saya, menyebut saya dengan "Kang Hensa" hehe. Mungkin tidak sadar, karena memang nama belakang kita sama ya pak: santoso.
Yang paling membuat saya hormat dengan pak Hensa adalah bagaimana beliau mendeskripsikan diri di profil. Pak Hensa menulis begini: "Seorang kakek, hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun". Narasi itu lebih dari cukup untuk menjelaskan, selain semangatnya luar biasa dalam menulis, Pak Hensa juga sosok yang membumi.
Mawan Sidarta
Dari kesemua senior ini, hanya pak Mawan Sidarta ini yang saya pernah bertemu langsung. Tepatnya ketika kami mengikuti kunjungan Kompasiana ke pabrik Ajinomoto di Mojokerto pada awal tahun 2017 silam. Pernah juga bertemu ketika beliau memotret acara budaya di Balai Kota Surabaya.
Bapak yang tinggal di Gresik dan memiliki satu anak ini bergabung di Kompasiana mulai 12 April 2013. Beliau sudah aktif di Kompasiana lebih dari 5,5 tahun dan sudah masuk kategori "Penjelajah". Selama itu, pak Mawan telah menghasilkan 651 artikel. Sebanyak 192 tulisan jadi headline dan 507 artikel masuk pilihan.
Mayoritas tulisannya merupakan tulisan hasil reportase on the spot berupa budaya, kuliner juga destinasi wisata. Selaras dengan narasi di profilnya "bukan reporter sembarang reporter tapi reporter Kompasianadotcom. Traveler berwarna".
Ke mana pak Mawan melangkah, pasti meninggalkan jejak berupa tulisan yang siap dinikmati. Dan saya tahu itu tidak mudah. Seperti tulisan terbarunya.
Yang paling saya suka dari pak Mawan ini, hal-hal sederhana yang bagi sebagian orang mungkin dianggap biasa saja, bisa dikemasnya menjadi tulisan yang 'gurih'. Contohnya wedang tape yang diulasnya menjadi tulisan seperti ini. Bahkan, sekadar makan di warung bakso (yang bukan sedang promosi) pun bisa dirupakannya dalam tulisannya.
Mugi-mugi (semoga), beliau para senior ini senantiasa sehat dan tetap setia  menulis untuk menyemangati dan menginspirasi yang lebih muda supaya tetap istiqomah menulis. Sebab, salah satu cara ampuh untuk menyemangati diri ketika sedang malas menulis adalah dengan melihat tulisan orang lain yang memang terbukti mampu memelihara kesetiaan dalam menulis. Itu bisa menjadi "jeweran" bagi kita. Barokallah. Salam hormat.
 Â