Namun, dalam olahraga bulutangkis dengan lawan-lawan yang dihadapi sejatinya itu-itu saja, yang paling sulit itu sejatinya bukan meraih gelar. Sebab, peluang juara selalu ada. Yang paling sulit adalah menjaga konsistensi penampilan. Sebab, ada banyak pemain yang meraih gelar sekali, lantas hilang dari peredaran karena gagal konsisten.
Sayangnya, 'penyakit' bernama inkonsistensi itu juga sempat menimpa Fajri. Usai juara Malaysia Masters, mereka tidak bisa mengeluarkan penampilan terbaik mereka di Indonesia Masters 2018 yang digelar sepekan kemudian. Fajri terhenti di round 2.
Mereka seperti belum memiliki standar level permainan yang harus ditampilka setiap kali bermain. Terkadang tampil hebat, tetapi di lain waktu tampil tak sesuai harapan. Sebagai pasangan ganda putra yang suka bermain menyerang, Fajar atau Rian acapkali seperti kaca yang mudah pecah. Mereka rajin menekan, tetapi pertahanan mereka masih kurang save, masih rapuh. Parahnya lagi, mereka juga mudah melakukan kesalahan sendiri yang berujung poin gratis bagi lawan.
Tampil Mengejutkan di Indonesia Open, Lalu "Meledak" di Asian Games 2018
Penampilan angin-anginan itulah yang boleh jadi membuat PBSI tidak memasukkan Fajar/Rian ke dalam tim putra Indonesia yang jadi juara di Kejuaraan Asia Beregu (Badminton Asia Team Championship 2018) di Malaysia pada Februari lalu. Meski kemudian, Fajri masuk dalam tim Piala Thomas 2018 pada Mei lalu.
Di bulan Juli, Fajri mulai memperlihatkan kemajuan luar biasa ketika tampil di Indonesia Open 2018. Padahal, jadwal menempatkan mereka di 'jalur maut'. Faktanya, Fajri bisa mengalahkan ganda terbaik Jepang ranking 6 dunia, Takeshi Kamura dan Keigo Sonoda di putaran pertama. Bahkan, di perempat final, Fajar dan Rian bisa mengalahkan ganda ranking 3 dunia yang juga juara dunia 2017 asal Tiongkok, Liu Cheng dan Zhang Nan. Perjalanan mereka terhenti di semifinal usai dikalahkan Marcus/Kevin. Namun, penampilan mereka sudah luar biasa.
Masih ingat bagaimana penampilan Fajri di semifinal beregu putra melawan Jepang? Di pertandingan yang disiarkan langsung oleh televisi official Asian Games 2018 tersebut, Fajri bertemu Takuto Inoue/Yuki Kaneko. Dalam empat pertemuan sebelumnya, Fajri selalu kalah, termasuk di final German Open 2018 pada Maret 2018 silam.
Yang terjadi, Fajri 'memangsa' Inoue/Kaneko dengan "skor sadis" 21-10, 21-10. Di pertandingan itu, Fajri tampil ganas. Terutama Fajar yang seperti menjadi "monster" menyeramkan di depan net. Entah berapa kali dia menyambar shuttlecock di depan net yang berujung poin sehingga membuat Inoue/Kaneko seperti kehilangan semangat bertanding.
Pasangan ganda putra kelahiran Bandung dan Bantul ini lantas meneruskan penampilan hebat mereka di nomor perorangan. Tiga pertandingan dilalui dengan kemenangan straight game, termasuk atas ganda Malaysia, Ong Yew Sin/Teo Ee Yi di perempat final.Â
Dan, salah satu penampilan epik mereka, terjadi di semifinal ketika bertemu ganda rangking 2 dunia yang juga juara dunia 2018 asal Tiongkok, Li Junhui/Liu Yuchen.Â