Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Indonesia Dihadang "Tembok Tebal" di Semifinal Beregu Bulutangkis Asian Games 2018

21 Agustus 2018   12:43 Diperbarui: 21 Agustus 2018   12:51 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon, akan menghadapi Jepang di semifinal beregu bulutangkis Asian Games 2018/Foto: TwitterBadmintonIna

Butuh waktu 16 tahun untuk tahu kapan kali terakhir tim bulutangkis putra Indonesia tampil di final bulutangkis beregu di Asian Games. Ya, tim putra Indonesia kali terakhir tampil di final pada Asian Games Busan 2002. Sayangnya, Indonesia kalah dari Korea. Indonesia gagal mengulang prestasi kala jadi juara di Bangkok pada Asian Games edisi tahun 1998 usai mengalahkan Tiongkok di final.

Bagaimana dengan tim putri? Kita perlu mundur 24 tahun untuk tahu kali terakhir tim putri Indonesia tampil di final Asian Games. Kala itu, di final bulutangkis beregu Asian Games 1994 di Hiroshima, Yuni Kartika dkk dikalahkan Kore Selatan.

Nah, setelah menunggu berpuluh tahun, tim bulutangkis putra/putri Indonesia kini berpeluang tampil di final Asian Games 2018. Hari ini, Selasa (21/8/2018), tim putra/putri Indonesia akan tampil di semifinal di Istora Gelora Bung Karno. Dan, sebuah kebetulan bila keduanya harus berebut "tiket ke final" dengan menghadapi lawan yang sama: Jepang.  

Tim putri akan bertanding lebih dulu, mulai pukul 12.00 WIB. Sedangkan tim putra akan bertanding mulai pukul 18.00 WIB. Bagaimana peluang Indonesia untuk lolos ke final? Mari kita ulas satu-satu.

Bertemu Jepang, Kesempatan Akhiri Penasaran

Bagi tim putri Indonesia, bertemu tim putri Jepang bisa dibilang sebuah "kesialan" juga kesempatan mengakhiri penasaran. Sial kenapa harus bertemu Jepang, bukan tim semifinalis lainnya. Karena tim putri Jepang kini sedang bagus-bagusnya. Sekadar informasi, penguasa bulutangkis dunia di sektor putri kini bukan lagi Tiongkok, melainkan Jepang.

Jepang kini memiliki kekuatan yang merata baik di sektor tunggal maupun nomor ganda. Terlebih di nomor ganda putri, Jepang memiliki tiga hingga empat pasangan kelas dunia yang acapkali bertemu di final turnamen BWF World Tour. Faktanya, tahun ini, tim putri Jepang menjadi yang terbaik di ajang Kejuaraan Beregu Asia 2018 (Badminton Asia Team Championship) dan juga menjadi juara Piala Uber 2018 yang merupakan gelar keenam mereka.  

Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu, akan menghadapi lawan tangguh di semifinal/Foto: PBSI
Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu, akan menghadapi lawan tangguh di semifinal/Foto: PBSI
Melawan Jepang, sektor ganda putri yang selama ini menjadi andalan tim putri Indonesia di nomor beregu, tidak akan mudah meraih kemenangan. Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu akan menghadapi ganda rangking 2 dunia, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota di pertandingan ketiga dan Della/Rizki bertemu ganda peraih medali emas Olimpiade 2016, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi di pertandingan keempat.

Meski berat, ini kesempatan bagi ganda putri Indonesia untuk mengakhiri rasa penasaran. Pasalnya, di turnamen BWf Tour, Della/Rizki sudah beberapa kali mampu mengalahkan ganda putri rangking 1 dunia asal Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yifan. Namun, begitu bertemu ganda putri Jepang, mereka seperti kebingungan. Rizki/Della Destiara Haris selama ini lebih sering mengalami kekalahan ketika menghadapi pemain Jepang di turnamen BWF World Tour.

Begitu juga Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Di Kejuaraan Dunia 2018 yang digelar di Tiongkok pada awal Agustus lalu, Greysia/Apriani berhasil mengalahkan Qingchen/Yifan di perempat final. Namun, di semifinal, mereka dihentikan ganda Jepang, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara yang akhirnya menjadi juara dengan mengalahkan Fukushima/Hirota di final.

Dikutip dari badmintonindonesia.org, kepala pelatih ganda putri PBSI, Eng Hian mengatakan bahwa keunggulan pemain-pemain Jepang terletak pada disiplin dan daya juangnya di lapangan yang merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari mereka. Soal daya tahan ini, pemain putri Indonesia memang kerapkali kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun