Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Jalan Haru Defia Rosmaniar Berujung Medali Emas

20 Agustus 2018   06:48 Diperbarui: 20 Agustus 2018   10:06 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: olahraga.kompas.com

Rasa bangga bercampur haru mendadak menyeruak di hati ketika menyaksikan potret selebrasi atlet taekwondo Indonesia, Defia Rosmaniar usai meraih medali emas yang merupakan medali emas pertama bagi kontingen Indonesia di Asian Games 2018, Minggu (19/8/2018) kemarin.

Sukses Defia didapat lewat kemenangan atas wakil Iran, Marjan Salahshouri di nomor Women Individual, Poomsae. Di final yang digelar di Plennary Hall JCC Senayan, poomsa pertama dilewati Defia dengan keunggulan 8,620-8,580. Kemudan pada poomsae kedua, dia kembali menang 8.760-8,360. Total perhitungan poin Defia adalah 8,690.

Tentu saja saya ikut bangga karena atlet Indonesia langsung bisa meraih medali emas di hari pertama setelah pesta olahraga se-Asia yang upacara pembukaannya berlangsung mengagumkan, Sabtu (18/8/2018) lalu. 

Kita tak perlu menunggu lama untuk mendengar lagu Indonesia Raya berkumandang di arena Asian Games 2018 sekaligus menyaksikan bendera merah putih dikerek naik berada di posisi tertinggi dalam sesi penyerahan medali seusai pertandingan.

Saya juga ikut merasa haru demi melihat beberapa foto dramatis selebrasi juara Defia Rosmaniar yang berhasil diabadikan jepretan kamera puluhan fotografer yang meliput momen tersebut. Salah satunya foto karya fotografer Bola.com, Peksi Cahyo yang menampilkan atlet kelahiran 25 Januari 1995 ini berlari sembari membentangkan bendera merah putih dengan wajah suka cita. 

Foto yang bikin merinding tersebut bahkan dipajang di akun Instagramnya Presiden Joko Widodo yang kemarin ikut menyaksikan langsung ketika Defia mengungguli atlet Iran, Marjan Salahshouri di final.

Ekspresi Defia Rosmaniar setelah mendapat medali emas yang menjadi raihan emas pertama bagi kontingen Indonesia di Asian Games 2018/Foto: VOAIndonesia
Ekspresi Defia Rosmaniar setelah mendapat medali emas yang menjadi raihan emas pertama bagi kontingen Indonesia di Asian Games 2018/Foto: VOAIndonesia
Ketika diwawancara awak media di area mixed zone, Defia terlihat haru. Matanya sembab oleh air mata bangga. Bangga bisa memberikan kebanggaan untuk keluarga, dan tentu saja untuk bangsanya.

Mengapa sih atlet kebanyakan menangis haru ketika berada di podium tertinggi juara?

Tangis haru itu menurut saya bukan hanya karena berhasil meraih medali emas. Namun, karena kebahagiaan demi mengetahui perjuangan hebat berlatih keras dengan mengorbankan banyak hal, akhirnya berakhir bahagia. Tetapi memang, momen seperti itu sangat menguras mata.

Jangankan menjadi atlet yang juara, menjadi suporter yang berada di dalam stadion dan mendengar Indonesia Raya dinyanyikan serentak, itu saja bisa bikin merinding haru.

Defia Rosmaniar, perjuangannya berbuah medali emas/Foto: Liputan6.com
Defia Rosmaniar, perjuangannya berbuah medali emas/Foto: Liputan6.com
Dan, keharuan semakin membuncah demi mengetahui jalan terjal yang telah dilalui atlet asal Bogor ini demi bisa meraih prestasi terbaik di Asian Games 2018 yang merupakan partisipasi pertamanya. Defia telah berjuang hebat yang menjadi penegas bahwa dia memang seorang atlet hebat bermental kuat.

Menurut pengakuan manajer tim taekwondo Indonesia di Asian Games 2018, Rahmi Kurnia yang dikutip dari Liputan6.com. Defia memiliki tekad kuat untuk tampil maksimal di Asian Games 2018. Defia tetap tegar meski sempat tertimpa musibah kehilangan ayahnya yang wafat pada 19 April 2018 lalu. Kala itu, Rahmi sudah meyakini bahwa Defia bakal meraih kesuksesan besar di Asian Games 2018.

Menurut Rahmi, Defia sempat pulang karena ayahnya meninggal. Kala itu, mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan di Universitas Negeri Jakarta ini tengah fokus berlatih di Korea. "Tanggal 20 April (Jumat) kami pulang. Sebetulnya hari Jumat itu sudah dikuburkan. Kami tahu kabarnya itu Kamis malam," ujar Rahmi (baca di sini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun