Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Wahyu Darmawan, Menyebarkan Energi Baik Lewat Ketan

14 Agustus 2018   11:22 Diperbarui: 14 Agustus 2018   11:55 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahyu Darmawan berhasil menyebarkan energi baik lewat ketan. Tidak hanya menghidupi keluarga, usahanya juga menjadi 'pintu rezeki' bagi orang lain/ Foto pribadi

Berawal dari 20 bungkus ketan, kini telah memiliki kedai yang menjadi jujugan warga Surabaya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Berawal dari 20 bungkus ketan, kini telah memiliki kedai yang menjadi jujugan warga Surabaya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Setelah berjalan dua pekan, Wahyu lantas menambah produksi ketannya. Selain di kantor, dia juga menaruh ketannya di kantin Polda Jatim. Kala itu, dia memang ditugaskan meliput di Polda Jatim oleh media tempatnya bekerja. Awalnya ketan nya selalu terjual habis. Hingga di suatu siang, ternyata masih ada.

Dia pun mencoba menawarkannya melalui media sosial dan short message service. Ternyata ada cukup banyak kenalan dan narasumber yang berminat. Kepribadian Wahyu yang mudah bergaul dengan siapa saja, memang membuatnya memiliki banyak kenalan.

"Sejak saat itu, ketika berangkat liputan, di motor saya ada keranjang berisi ketan pesanan narasumber. Ada yang pesan 10 bungkus hingga 25 bungkus. Hampir dua tahun saya melakoni liputan sambil jualan ketan. Dari delivery ketan itu, Alhamdulillah bisa membiayai ongkos persalinan istri," jelas Wahyu.

Setelah anak kedua lahir, Wahyu berkeinginan memiliki tempat jualan agar penikmat ketan bisa ngobrol santai sambil minum. Dia lalu menemukan tempat strategi. Atas bantuan salah seorang narasumbernya, Wahyu pun bisa berjualan di lokasi tepat di seberang Taman Bungkul Surabaya.

Di hari Minggu, 1 Desember 2013 bertepatan dengan acara car free day, dia mulai berjualan ketan yang ia beri nama Ketan Punel di warung tersebut bersama istri, mertua dan dua anaknya. "Waktu itu bawa ketan 2 kilogram, satu jam sudah habis. Rasanya senang luar biasa," kenangnya.

Sukses Wahyu dalam berjualan ketan tidak lepas dari energi baik yang dia tunjukkan kepada pelanggan kedainya. Dia tak segan menyapa dan mengobrol dengan tamu kedai nya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Sukses Wahyu dalam berjualan ketan tidak lepas dari energi baik yang dia tunjukkan kepada pelanggan kedainya. Dia tak segan menyapa dan mengobrol dengan tamu kedai nya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Sejak itu, setiap jelang sore setelah liputan, Wahyu mampir ke warungnya untuk menata sendiri meja dan kursi. Ketika istrinya datang, dia lalu ngantor untuk menulis berita. Alur kehidupan seperti itu dia jalani selama beberapa lama. Sampai, dia memutuskan mundur dari tempat kerja yang selama 15 tahun dia berkarya demi fokus mengurus warung.

"Setelah diskusi mempertimbangkan banyak hal dan setelah kami hitung, ketan ini yang bisa menghidupi kami sehingga kami memilih jalan yang bisa menghidupi ini," ujarnya.

Lewat ketan, menghidupi keluarga dan menyebarkan energi baik untuk orang lain

Pilihannya itu tidak salah. Dalam waktu tidak lama, Wahyu berhasil 'menyulap' warungnya jadi tempat nongkrong favorit di Surabaya. Dari anak-anak muda, hingga orang-orang kantoran, dari mereka yang naik motor hingga yang naik mobil super mahal, menjadi pelanggan tetap. Bahkan, kini pelanggan ada yang booking tempat untuk menggelar arisan ataupun reuni. Wirausaha yang dia rintis dari 20 bungkus ketan itu kini sukses besar.

Hebatnya, warung ketan itu tidak hanya menghidupi keluarganya. Wahyu juga menyebarkan energi baik dari warungnya untuk menghidupi orang lain. Dia mengajak beberapa orang untuk menjadi karyawan di warungnya. Wahyu kini memiliki sembilan karyawan. Pria kelahian Madiun yang dulunya bergaji pas-pasan ini kini bahkan bisa menggaji bulanan sembilan karyawan dengan besaran gaji hampir setara dengan yang ia terima dulu. 

"Semangat awalnya hanya untuk membiayai anak. Alhamdulillah sekarang bisa menghidupi orang lain. Ketan ini sudah kami anggap anak ketiga," sambung Rini, istri Wahyu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun