Mohon tunggu...
Habib Nurcahyo
Habib Nurcahyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Didiklah Remaja sebagai Peluang Masa Depan

16 November 2018   02:55 Diperbarui: 16 November 2018   04:09 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fase remaja dimulai sejak usia balik atau pada umumnya laki-laki di usia 13-22 tahun dan perempuan usia 12-21 tahun. Nah, pada fase remaja ini terjadi perubahan secara fisik dan psikologis, khususnya perubahan hormon. Dari perubahan hormon ini menyebabkan perubahan keinginan pada suatu hal, terkadang ingin sekali namun pada lain waktu tidak menginginkan. Selain itu, perubahan yang terjadi adalah anak menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung. Perubahan yang paling terlihat pada fase remaja ini adalah rasa ingin tahu, pemikiran yang egois, dan melakukan tindakan dan sifat yang ditunjukkan pada perhatian orang lain. Di sisi lain, anak remaja memiliki kapasitas untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara efisien. 

Dari sini lah timbul bahwasannya sering anak remaja tidak setuju dengan apa yang di sarankan oleh orang tua atau orang lain, karena mereka rasa hal tersebut mengganggu pemikiran mereka sendiri. Seringkali orang tua yang memiliki anak remaja di buat khawatir dengan perilaku anaknya tersebut. Karena melihat kenyataan sekarang tidak sedikit anak remaja terjerumus pada masalah pergaulan bebas. Lalu bagaimana mengatasi permasalahan tersebut dengan tidak menyinggung atau merubah secara drastis pemikiran dari anak ?

Berikanlah pedekatan secara agama

Dalam sebuah keluarga, pendidika pertama yang diberikan oleh orang tua adalah pendidikan agama. Megapa demikian ? karena pendidikan agama pengetahuan tentang agam sangatlah penting. Dengan memberikan pengetahuan tentang agama, orang tua tidak hanya memberikan pendidikan, namun juga membuat anak memiliki akhlak, sopan satun, jujur, dan menumbuhkan rasa empati dan simpati.

Ciptakan kedekatan emosional dengan anak

Dengan terciptanya kedekatan emosional antara anak dengan orang tua, akan menumbuhkan rasa senang dan betah tinggal di rumah. Dan pada saat anak memiliki masalah, anak akan langsung meminta pendapat orang tua tentang permasalahan tersebut. Sebagai orang tua, pintarlah menempatkan diri dalam kehidupan anak, bukan hanya menjadi orang tua saja. Buatlah anak merasa bahwa orang tua adalah sahabat dekat yang cocok untuk meluapkan perasaan dimana anak senang ataupun dalam suatu masalah.

Sediakanlah kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan.

Terkadang banyak orang tua yang melarang keras utuk keluar rumah pada saat-saat tertentu. Dengan alasan melihat kejadian yang sudah tersebar tentang pergaulan bebas, orang tua tidak memperbolehkan anak untuk keluar rumah dekat maupun jauh. Kebutuhan dari anak remaja sendiri adalah memiliki kedekatan dengan masyarakat sekitar. Nah, untuk mengatasi agar anak tidak terperosok pada pergaulan bebas tentu diperlukan pengawasan orang tua dengan mengetahui siapa saja teman-teman pada saat anak berada diluar rumah, apa kegiatan yang dilakukan, dan apa yang mereka dapatkan. Pastikan anak berteman dengan teman dan lingkungan yang baik, dengan begini anak tidak merasakan kalau mereka di paksa untuk tidak keluar rumah pada saat-saat tertentu.

Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab.

Anak remaja akan lebih menhargai kepercayaan yang diberikan. Jadi biarkanlah anak memiliki hobi atau kegiatan yang meraka inginkan selagi itu bersifat positif. Namun pada saat yang sama, orang tua juga harus menanamkan sifat tanggug jawab terhadap hobi atau kegiatan tersebut. seperti halnya tanggung jawab dengan waktu yang dimiliki oleh anak, apakah anak sudah sesuai dengan apa yang meraka lakukanatau belum. Dan disinilah anak akan belajar untuk bertanggung jawab pada waktu, setelah anak melakukan kegiatan seharusnya anak sudah bersiap untuk langsung pulang, bukan malah masih bermai-main di luar rumah secara tidak jelas.

Berikan contoh kepada anak.

Orang tua yang mengerti anak, tidak selalu menekankan bahwa kegiatan ini tidak boleh dengan alasan tidak penting buat orang tua. Hal seperti ini, akan membuat anak akan berfikir untuk menentang atau memberontak dengan larang orag tua tersebut. Anak akan cenderung meniru orang tuanya, karena dalam sebuah keluarga suri tauladan dalam segalanya adalah orang tua. Contohnya orang tua melarang anak untuk melakukan hal ini, disisi lain orang tua melarang di watu yang sama juga orang tua tidak melakukan larangan yang sudah diberikan kepada anak. Inilah yang dimaksud melarang dan mencontohkan.

Remaja adalah anak yang mudah terjerumus dengan adanya permasalahn-permasalahan yang terjadi pada masa sekarang. Remaja bukan momok bagi generasi selanjutnya dengan adanya penyimpangan. Melinkan remaja adalah anak yang membutuhkan bimbingan dalam segala hal yang akan megantarkan mereka pada kehidupan yang lebih jauh lagi dan lebih intensif lagi. Oleh karena itu, sebagai orang tua jangan hanya mengekang dan menyalahkan semua yang remaja lakukan itu salah. Melainkan bimbinglah anak untuk melakukan hal positif dan tegurlah anak pada saat mereka melakukan kesalahan tanpa membuat mereka mersakan jera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun