Mohon tunggu...
Siti Habibah Meiranti
Siti Habibah Meiranti Mohon Tunggu... -

SUKSES adalah tujuan hidup saya :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mereka

22 September 2012   13:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kira, ulang tahun di hari libur akan aman. Tapi mereka seolah tidak ingin kehabisan akal. Mereka datang ke rumah dengan membawa sebuah kue tart berbentuk heart tanpa meminta izin sebelumnya. Mungkin jika mereka meminta izin terlebih dahulu, bukan surprise lagi namanya. Seketika itu saya gugup. Entah apa yang ingin saya katakan. Yang pasti, saya teharu dengan kedatangan mereka yang menyempatkan waktu untuk memberi kejutan kecil di hari libur.

Saya ajak mereka masuk. Mereka dijamui sedikit makanan ringan. Kita berbincang-bincang tanpa tentu arah pembicaraan. Waktu dzuhur tiba, sebagian ada yang shalat, dan seperti halnya wanita yang lain, ada yang sedang mengalami halangan, termasuk saya pada saat itu.

Setelah mereka selesai melaksanakan ibadah shalat dzuhur, mereka ditawari makan oleh mama saya, tapi dikarenakan mama saya cukup capek karena aktivitas dihari itu, mama pun menyuruh mereka untuk masak sendiri makanan apa yang akan mereka makan pada saat itu. Mereka memilih mie untuk dijadikan menu makanan kali ini. Selain mudah untuk dimasak, mungkin mie merupakan salah satu makanan yang banyak digemari oleh banyak kalangan.

Salah satu dari mereka memasak mienya tersebut, dan dibantu oleh saya yang hanya mondar-mandir melihat sana-sini. Beberapa saat kemudian, mie tersebut selesai dimasak, dan kita makan bersama. Ditambah dengan beberapa macam gorengan, mie tersebut habis disantap. Yummyyy...

Kini saatnya shalat ashar. Salah satu dari mereka ada yang meminta saya untuk menemani mereka shalat di sebuah masjid kecil depan rumah. Ya, saya terima saja perintah darinya tanpa memikirkan hal apapun yang mungkin akan terjadi.

“Habibah, gimana sih? katanya masjid, tapi kok kotor, kumuh kaya gini sih? Kaya yang ga layak di pake”

Ya, nama saya Habibah.

“Iya ih, ini kan tempat ibadah, emang kalau kotor shalatnya bakal sah gitu? Nggak kan?”

Yang saya rasakan saat itu sedih, kecewa, dan disitu pula saya menangis dengan posisi kedua tangan saya menutupi muka dengan menggunakan kerudung. Orang-orang yang berada di rumah merasa aneh dengan kelakuan saya yang tidak biasa menangis. Namun sepertinya salah satu dari mereka memberi aba-aba kepada orang rumah bahwa itu sebagian dari kejutan ulang tahun. Ya.. kejutan ulang tahun. Orangtua saya pun memaklumi hal itu.

Saya baru sadar bahwa itu sebagian dari kejutan ulang tahun saya saat salah seorang dari mereka membasahi tubuh saya dengan seember air bekas yang mereka pakai wudhu. Mengingat kejadian tersebut miris memang, tapi saya yakin mereka melakukannya karena mereka sayang. Ya, tanpa berfikir panjang, saya pun langsung berlari ke kamar mandi. Niat untuk mandi, tapi saya ingat, bahwa saya tidak membawa handuk pada saat itu. Hanya menangis yang saya lakukan di kamar mandi.

Sekitar 10 menit saya berada di kamar mandi, salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bicara.

“Habibah, kita mau pulang. Kamu keluar ya ! kita ga bakal gitu lagi ko”

“ahh, ga percaya ! kalau kalian mau pulang, pulang aja sana!” dengan terpaksa saya berbicara seperti itu, hanya untuk memperlihatkan kalau saya tidak ingin diperlakukan seperti itu lagi.

“ih Habibah ga ngehargain kita banget, kita bela-belain datang ke rumah kamu buat ngasih kejutan sama kamu ! buat ngasih ucapan selamat ulang tahun buat kamu ! dan sekarang kamu ngusir kita gitu aja?!!?”

Saya berfikir bahwa saya sangatlah egois dengan berbicara seperti itu tadi ! Tidak lama kemudian, saya pun memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Dan jujur saja, saat itu saya mengharapkan mereka agar cepat meninggalkan rumah saya, karena saya tidak ingin hal lain terjadi pada diri saya. Lamanya mereka bersolek sebelum pulang, membuat saya sedikit kesal, ditambah saya ingin cepat-cepat mandi saat itu. Tapi, saya tidak ingin memperlihatkan kekesalan saya kepada mereka, saya tidak ingin membuat mereka kecewa untuk kedua kalinya di rumah ini.

Cukup lama. Tapi akhirnya mereka pun selesai bersolek. Dengan tidak ada tampang mencurigakan sedikit pun, mereka berpamitan kepada kedua orangtua saya. Pada saat mereka sedang menunggu angkot yang akan mengantarkan mereka pulang, tiba-tiba sebagian dari mereka menarik tangan saya. Dan dengan agresifnya saya mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya. Tapi, untuk melawan 4 orang tersebut butuh tenaga yang ekstra.

Tanpa berlama-lama, merekalangsung melemparkan beberapa telur ditambah dengan sedikit terigu tepat di atas kepala saya. Boleh dibilang seru, tapi kalau dipikir-pikir yaaa mereka ngeselin juga. Tidak cukup lama suasana ini berlangsung, kini mereka benar-benar berpamitan untuk pulang ke rumahnya masing-masing karena waktu sudah menunjukan pukul 17.30 wib. Mereka pergi, saya pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Mereka memang perhatian, baik, penyayang, kocak, cerdas. Mereka adalah sahabat. Mereka adalah Syifa, Selia, Hanan, Novia dan Tryani yang mulai saya kenal di SMP, dan mulai dekat dengan mereka di kelas VII semester 2. Tidak sedikit unforgatable moment yang telah kami ciptakan selama kurang lebih 3 tahun ini. Saya akui, kami memang sangat kompak. Bahkan dalam hal nilai pun, kami sering mendapati kesamaan.

Tapi, kini kami telah mempunyai lingkungan masing-masing dan tentunya dengan kesibukan yang berbeda pula. 4 orang (termasuk saya) melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak (smandak). 1 orang ada yang ke SMKN 1 Cibadak (lebih terkenal dengan PN / Pertanian). Dan yang 1 orang lagi melanjutkan ke MAN Cibadak.

Semuanya memang masih di daerah Cibadak (Sukabumi). Tapi, dengan kesibukan masing-masing, kadang kami tidak punya waktu untuk bertemu, bahkan untuk menanyakan keadaan, via SMS pun boleh dibilang sangatlah jarang.

Tanggal 17 Agustus tepatnya di Lapangan Sekarwangi, tidak hanya bertujuan untuk mengikuti upacara kemerdekaan, tanggal tersebut kami jadikan pula sebagai ajang reuni. Senang bukan main saat saya bisa melihat wajah-wajah mereka yang dulu satu kelas selama 3 tahun, dan sebagian dari mereka sudah tidak lagi satu sekolah dengan saya.

Setelah upacara dilaksanakan, seperti biasa, saya bersama teman-teman berkumpul di rumah Syifa. Di sana, kita sharing dan menceritakan pengalaman masing-masing di sekolah barunya. Pertemuan tersebut sangatlah berkesan. Pertemuan yang pertama dialami dengan masing-masing menggunakan seragam putih abu-abunya.

SANGATLAH BANGGA MEMPUNYAI SAHABAT SEPERTI KALIAN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun