Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Memaknai Film Troll, Ketika Legenda Menjadi Kenyataan

7 Desember 2022   23:40 Diperbarui: 7 Desember 2022   23:56 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Ada kebenaran disetiap legenda yang sampai sekarang masih bertahan di masyarakat. Legenda itu dapat bertahan ratusan bahkan ribuan tahun tentunya mengadung sesuatu yang lebih besar dari sekedar omong kosong dan dongeng sebelum tidur.
Tema besar inilah yang biasanya ingin diangkat oleh pembuat film -- film bertemakan Legenda. Tak terkecuali di Film Troll. Troll sendiri adalah legenda yang hidup di negara -- negara Eropa utara (Skandinavia) , di cerita ini latar belakangnya adalah negara Norwegia.
Singkat cerita Film Throll menceritakan manusia raksasa dari batu yang tertidur ribuan tahun kemudian tiba- tiba bangkit dari tidur panjangnya setelah rumahnya diganggu oleh manusia yang kian hari kian serakah.
Kehadiran manusia batu raksasa yang sebelumnya hanya dianggap sebagai legenda tentunya menimbulkan kepanikan luar biasa bagi masyarakat. Terlebih ketika raksasa tersebut akhirnya bergerak ke jantung kota modern untuk menuntut haknya. Kerusakan dan Kengerian berbalut menjadi satu di sepanjang jalan yang dilewati oleh Troll. Walaupun pada akhirnya raksasa tersebut dapat "ditaklukan" dengan berbagai muslihat manusia.
Film Troll dapat dinikmati dari anak -- anak hingga dewasa. Netflix sebagai yang punya hak menyiarkan memberikan rating 13+ untuk film ini. Yang berarti film ini sebenarnya film ringan yang anak-anak pun dapat menontonnya. Memang dari segi plot, alur dan kedalam cerita film Troll adalah film yang biasa saja. Walaupun lagi trending dimana -- mana  situs pemeringkat film imdb memberikan nilai  5.9 saja.
Tema -- tema sensitive sebenanrnya ingin disampaikan sutradara walaupun itu terbalut secara samar -- samar dengan dialog cepat dan membuat penonton lebih terpaku kepada visual adegan-adegan yang memanjakan mata.
Yang utama dan paling ingin disampaikan tentunya adalah tentang keserakahan manusia yang terus merambah hutan/ alam untuk memperluas daerah kekuasaannya. Hal ini tergambar dari para aktivitis lingkungan yang memprotes pembangunan terowongan yang melubangi gunung dengan alat peledak dimana rupanya tempat itu adalah "tempat tidur" raksasa. Kegiatan itulah yang akhirnya membangunkan raksasa tersbut.
Hal kedua adalah bagaimana manusia berusaha menyelesaikan masalah dengan cara instan yaitu dengan merusakan / mengorbankan semunya asalkan musuh tersebut dapat dihancurkan. Manusia lebih mencari pendekaran kekuatan/militer daripada mengedepankan dialog. Hal ini sepertinya cocok dengan situasi dunia saat ini yang semuanya ingin diselesaikan dengan kekuatan militer.
Hal selanjutnya adalah tentang benturan kebudayaan., disebutkan bahwa salah satu penyebab Troll musnah adalah karena kehadiran agama tertentu yang masuk ke Norwegia.  Seolah dengan masuknya agama tersebut maka mau tidak mau apa yang sudah ada bertahan ribuan tahun kemudia harus dimusnahkan. Padahal mereka tidak melakukan kesalahan apa -- apa. Hanya karena berbeda prinsip dan keyakinan maka yang sudah ada terlebih dahulu malah disingkirkan.
Ketiga hal diatas adalah penyakit masyarakat (baca : negara) saat ini. Film Troll secara halus ingin menyindir masyarakat modern bahwa kearifan lokal, nilai -- nilai luhur bangsa dari masa lalu, sebenarnya masih hidup. Hanya saja karena kesombongan, keserakahan serta ketamakan manusialah membuat hal -- hal tersebut seakan -- akan terkubur, tidak relevan dan dinggap sudah mati.
Film Throll yang ringan ini mengajarkan kita untuk kembali berdamai dengan nilai -- nilai luhur yang mungkin saat ini sudah menjadi legenda di dalam masyarakat. Menyayangi alam, hormat pada alam, mencari solusi tanpa kekerasan adalah nilai -- nilai yang melegenda yang harusnya dapat tetap hidup sampai kapanpun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun