Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Solusi PPDB Sistem Zonanisasi, Jadikan Semua Sekolah Menjadi Favorit Terlebih Dahulu

5 Juli 2019   08:07 Diperbarui: 5 Juli 2019   09:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) sistem Zonanisasi mulai diberlakukan tahun ajaran baru ini di seluruh Indonesia. Kita harus mengakui bahwa di dalam pelaksanannya masih sangat jauh dari apa yang diharapkan, kalau tidak mau dibilang amburadul. 

Tidak usah jauh-jauh melihat, di DKI Jakarta dengan segala fasilitas penunjang yang ada dan yang menjadi tolak ukur pendidikan saja masih belum dikatakan baik dalam penerapannya.

Ide sederhana dari sistem zonanisasi adalah pemerataan pendidikan, di mana salah satu tujuan besarnya adalah penghilangan sekolah-sekolah favorit. Karena dirasa dengan adanya sekolah favorit maka banyak sekolah-sekolah lain menjadi tidak dilirik atau malah kekurangan siswa. Dengan sistem zonanisasi ini diharapkan pemerataan siswa. Jadi di manapun di Indonesia yang namanya sekolah negeri itu sama kualitasnya.

Namun pada hakekatnya masih banyak hal yang menjadi perhatian dalam penerapan sistem ini. Pemerintah yang membuat kebijakan tampaknya masih bingung sendiri dengan aturan yang dibuat. Mari kita tinjau satu demi satu dengan pemikiran yang jernih juga hati yang bersih.

Letak sekolah baik yang tidak merata

Hal ini yang menjadi pokok permasalahan terbesar sebenarnya. Untuk menerapkan sistem ini hal yang paling utama adalah keberadaan sekolah itu sendiri. Bagaimana jika sekolah yang baik hanya ada di tengah kota atau di pusat keramaian (karena selama ini sekolah tersebutlah yang mendapat perhatian dan dianggap favorit). Di tempat kami bahkan letak 2 sekolah SDN dan SMPN yang selama ini dianggap favorit letaknya berdekatan tidak (sampai 100 meter).

Nah bagaimana dengan anak-anak yang jauh dari kedua sekolah tersebut? Bukannya arah pengembangan kota dan penduduk selalu ke daerah pinggiran bukannya di pusat kota? Sedangkan pemerintah belum bisa menyediakan sekolah yang setara baik fasilitas fisik dan gurunya? Bahkan ada sekolah dasar negeri yang letaknya tepat di pinggir sungai. Bagaimana orang tua tidak kuatir memasukkan anaknya ke sana?

Hak anak yang rajin dan pintar untuk mendapatkan fasilitas terbaik

Ada berita di sebuah surat kabar ketika seorang anak yang sangat berprestasi pada akhirnya membakar semua piagam yang dia miliki karena tidak bisa masuk sekolah favorit yang sudah diidamkan sejak dia masuk sekolah. Betapa mirisnya hal tersebut. Bisa saja dia masuk sekolah di dekat rumahnya. Tetapi pastinya dia sudah bisa mngukur bahwa dirinya tidak bisa berkembang maksimal.

Contoh anak yang dari SMA di daerah rangking 1 terus dengan segudang prestasi. Pada saat masuk univ dia tidak bisa mendaftar ke UI atau ITB hanya karena zonanisasi. Mungkin begitu pemikiran anak tersebut. Adalah suatu penghargaan apabila ada anak yang di atas rata-rata mendapatkan fasilitas yang baik. Jangan dipaksakan harus mengikuti sistem, terlebih sistem tersebut baru uji coba.

Sebaran penduduk tidak merata karena perubahan tata ruang daerah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun