Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tujuh Dosa Manusia, Tindak Korupsi, dan Kata Cukup

16 Maret 2019   14:28 Diperbarui: 16 Maret 2019   14:30 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam film "Seven" (Tujuh) film produksi Holywood tahun 1995 yang dibintangi secara apik oleh Brad Pitt, Kevin Spacey dan Morgan Freeman. Diceritakan mengenai pembunih berantai yang terobsesi dengan tujuh dosa pokok. Film yang bagus secara isi, patut ditonton.

Dosa-dosa tersebut dipercaya menjadi sumber manusia untuk melakukan dosa-dosa yang lain. Kesombongan (Pride), Ketamakan (Greed), Iri Hati (Envy), Kemarahan (Anger), Hawa Nafsu (Lust), Kerakusan (Gluttony), dan Kemalasan (Sloth).

Boleh dibilang manusia memang naturnya adalah ingin memenuhi ketujuh hasrat tersebut. Manusia pada hakekatnya terus ditarik oleh 7 dosa tersebut. Sudah punya rumah 1 mau 2, sudah bisa makan 3 kali sehari maunya lebih. Menunya juga yang mahal. Sudah dikasih wajah cantik dan ganteng masih juga operasi plastik. Sudah punya istri cantik masih juga cari selingkuhan. Sudah punya harta berlimpah maunya pegang kekuasaan. Sudah punya kekuasaan maunya tidak tergantikan.

Tidak heran pada akhirnya semua ini bermuara kepada "bensin" yang harus terus diisi agar semua kenikmatan di atas selalu berjalan. Nah bahan bakar inilah yang kadang terbatas. Harus dicari pasokan-pasokan lain untuk memastikan tercukupi. Mau tidak mau muncullah korupsi. Demi menutup kekurangan yang sebenarnya tidak tidak perlu ditutupi.

Sudah tahu korupsi itu jelas melanggar perintah Tuhan (berdosa), sudah tahu korupsi itu melanggar undang-undang manapun di dunia ini, sudah tahu kalau ketahuan korupsi bakal dipermalukan di depan umum, bukan hanya diri sendiri tapi kerabat dekat terutama keluarga. Tapi kok masih melakukan hal tersebut? Yang lebih miris adalah mereka yang melakukan tindak korupsi adalah mereka yang sebenarnya secara orang awam melihat bahwa mereka sebenarnya sudah "cukup" secara materi.

Dari segi gaji, penghasilan, tunjangan, sudah dapat dipenuhi semua dari jalur "resmi". Bahkan boleh dibilang sudah berlebih. Bahkan mereka yang melakukan korupsi adalah mereka yang termasuk golongan "pintar" bahkan yang lebih menyedihkan lagi adalah mereka yang dikenal sebagi "orang baik" dan taat beribadah.

Terus bagaimana kita mencegah Korupsi? Ya tentunya buat peraturan ini itu, buat hukuman ini itu. Namun seberapa efektifkan hal tersebut? Karena boleh dibilang sifat korupsi itu munculnya dari keinginan hati. Untuk memperbaikinya memang harus dari kesadaran dalam diri untuk berkata "cukup". Itu sebenarnya yang sangat-sangat berat dilakukan. Membuat orang/para pejabat/ mereka yang berkuasa untuk berkata "saya sudah cukup".

Tidak serta merta yang terlihat rajin beribadah, bolak-balik ke tanah suci, memakai pakaian yang agamis atau baik tutur kata dan manis sopan santun. Mereka tidak melakukan Korupsi. Peran pendidikan agama dan keluarga memang penting dalam menanamkan prinsip tetapi jelas yang utama tetap kesadaran diri sendiri. Sudah dewasa dan sudah bisa bertanggung jawab penuh.

Semoga mereka yang saat ini menjabat bisa dan berani untuk berkata "cukup" terhadap segala godaan dunia. Bisa menutup mata terhadap godaan 7 dosa besar di atas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun