Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada Serentak 2018, Perlukah Petahana Jor-Joran dalam Berkampanye?

25 Februari 2018   21:20 Diperbarui: 25 Februari 2018   21:28 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilkada serentak di 171 daerah akan dilaksanakan pada 27 Juni 2018 mendatang. Baik pemilihan tingkat Gubernur, Bupati serta Wali Kota. Dalam pilkada serentak ini tentunya juga akan diikuti oleh para petahana yaitu para calon yang sebelumnya telah satu periode memimpin dan sekarang mencalonkan kembali baik dengan pasangan yang sama ataupun berganti pasangan. Lewat partai yang sama ataupun juga partai yang berbeda dengan saat periode mereka pertama memimpin.

Masa menjelang pilkada tentunya tak lepas dari masa -- masa kampanye, masa -- masa dimana setiap calon akan mengucapkan janji termanisnya di depan para calon pemilih. Janji-janji yang kadang malah tidak masuk akal kalau dipikirkan, karena terlalu muluk -- muluk.

Yang menjadi sedikit pertanyaan adalah bagaimana dengan para petahana, apakah mereka memang harus berkampanye lagi? Harus mengambil cuti panjang untuk sekedar kampanye? Bahkan ada juga sampai mendirikan baliho besar dimana -- mana untuk sekedar mengenalkan diri? Menurut penulis setidaknya ada 3 hal yang perlu dicermati lebih dalam kalau ada petahana yang begitu royal untuk berkampanye di daerahnya.

  1. Selama memimpin tidak dekat dengan rakyat. Seorang pemimpin itu seyogyanya dekat dengan rakyat yang dipimpin, tahu permasalahan mendasar yang ada di dalam masyarakat, mengerti kebutuhan rakyatnya. Kalau pemimpin yang saat kampanye baru sibuk turun kemana -- mana baru mendekatkan diri kepada rakyat, itu berarti selama dia mempimpin pada periode pertama rakyat hanya di jadikan pelengkap penderita, bukan sebagai subyek yang benar -- benar harus dilayani.
  2. Tidak ada prestasi yang membanggakan selama memimpin. Pemimpin daerah yang baik tentunya akan meninggalkan sesuatu prestasi yang baik. Prestasi itu bisa dalam berbagai bentuk, yang pada intinya bahwa rakyat merasa bahwa pemimpin itu telah bekerja sedemikian rupa memajukan rakyatnya. Tetapi apabila pemimpin tersebut tidak ada sesuatu yang dibanggakan, tidak bisa membangun SDM, tidak bisa membangun system, Infrastruktur juga amburadul, maka wajar saja pemimpin type begini akan berusaha menutupi kekurangannya dengan janji -- janji manis, kalau saya terpilih lagi saya akan...bla...bla... dan bla... kadang juga strategi dengan menggantung proyek -- proyek yang tidak diselesaikan secara keseluruhan dengan harapan rakyat termakan omongan bahwa dia akan menuntaskan kalau terpilih lagi.
  3. Ambisi memupuk kekayaan bukan melayani rakyat. Duduk menjadi kepala daerah tujuannya bukan lagi berorientasi pada melayani tetapi pada memupuk kekayaan dan mengumpulan asset sebesar-besarnya. Pemimpin type begini seakan tidak pernah puas akan segala yang telah mereka kumpulkan, bahkan ada juga kepala daerah yang sudah tersangka korupsi masih ikut dalam pilkada lagi. Teringat bupati batang yang hanya mau memimpin satu periode saja. Setelahnya dia tidak mau terpilih lagi, padahal semua rakyat hampir setuju dia melanjutkan dua periode.

Tidak salah memang kalau ada pemimpin daerah yang ingin lagi memimpin daerahnya tersebut, karena ada juga beberapa yang merasa selama periode pertama mereka tidak maksimal, padahal sudah berusaha sebaik -- baiknya. 

Tetapi kita juga tidak menutup mata banyak petahana yang seperti model diatas. Saat ini mereka mungkin sedang dalam masa cuti kampanye. Seharusnya apabila mereka sudah bekerja dengan baik, tidak perlu terlalu bagaimana menyambut masa kampanye, biasa saja. Toh mereka yakin rakyat akan memilihnya dia kembali dengan sederet prestasi yang sudah dilakukan.

Tetapi kalau sebaliknya yang mereka lakukan selama 5 tahun terakhir, ya pemandangan seperti pemasangan baliho dimana -- mana, pawai kendaraan keliling kota, buat selebaran, temu warga, blusukan sana -- sini. Menjadi pemandangan yang agak menggelikan. Bayangkan saja selama lima tahun mereka kemana dan ngapain saja?

Teringat dulu ada seorang petahana yang dengan percaya diri nya malah tidak mau ambil cuti kampanye, dan lebih mementingkan pelayanan masyarakat. Tetapi karena sudah peraturan dan juga untuk kesetaraan maka mau tidak mau cuti itu diambil.

Kiranya bagi masyarakat dimana petahannya akan maju lagi, lihat baik -- baik, track recordnya selama memimpin, apakah memang telah bekerja dengan baik? Lihat juga bagaimana dia berkampanye apakah sangat berambisi atau biasa -- biasa saja? Cermati mereka yang keliatannya sangat berambisi dan menebar janji manis di mana -- mana karena sejatinya mereka bukan lagi berjanji tetapi sudah menetapi janji tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun