Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Evan Dimas Sentris, Pisau Bermata Dua Timnas Indonesia

14 Agustus 2017   16:01 Diperbarui: 16 Agustus 2017   01:02 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kemunculannya  di pentas sepakbola nasional, sampai sekarang nama Evan Dimas telah begitu melekat dan seperti tak terpisahkan dari lini tengah Timnas Indonesia. Dan sangking hebatnya Evan, dia tidak hanya bermain di level kelompok umur, tetapi menjadi pemain U -22 seangkatannya yang mentas pertama di tim nasional senior.

Apresiasi tinggi untuk pelatih Indra Sjafri yang sudah menemukan mutiara ini, dengan instingnya yang sangat tajam ditambah polesan dinginnya, maka jadilah saat Evan menjelma menjadi pemain muda paling bertalenta di negeri ini.

Kehebatan Evan Dimas bukan semata -- mata terletak pada skill Individu yang memang harus diakui diatas rata -- rata pemain seusianya. Tetapi lebih daripada itu Evan bisa memberikan sentuhan berbeda setiap dia diturunkan. Visi bermainnya di lapangan sangat baik. Ditambah  jiwa kepemimpinan serta kharismanya sejauh ini belum ada yang bisa menggantikannya.

Memiliki pemain hebat seperti ini sepertinya memang anugrah bagi persepakbolaan Indonesia, dengan umur yang masih muda Evan diharapkan bisa menjadi pemimpin generasi emas sepakbola Indonesia untuk selanjutnya. Masih banyak waktu bagi Evan untuk terus mengasah diri, bahkan kalau bisa berkarier di luar negeri baiknya segera keluar.

Tetapi rupanya selain berdampak positif, ternyata ada juga dampak negatifnya akan adanya seorang Evan Dimas. Hal ini sudah terbukti di level timnas. Efek negatifnya yang sangat terasa adalah timnas Indonesia baik di U-22 maupun sebentar lagi Timnas Senior. Timnas Indonesia  akan terlalu Evan Dimas-sentris.

Evan Dimas --sentris yang penulis maksudkan disini adalah bahwa kehadiran seorang Evan Dimas sepertinya adalah harga mutlak tidak bisa ditawar -- tawar lagi dalam setiap pertandingan Timnas. Apabila tidak ada Evan Dimas sepertinya ada yang kurang dari permainan Timnas kita. Timnas jadi sangat bergantung pada hadirnya Evan.

Luis Milla yang notabene pelatih kelas dunia, sudah merasakan efek negatif Evan Dimas-sentris tersebut. Milla gagal membawa Indonesia lolos ke putaran final Piala AFC U-22, setelah pada penyisihan grup hanya menempati peringkat ke 3, dibawah Malaysia dan tuan rumah Thailand. Yang menjadi soroton tentunya adalah ada pertandingan pertama disaat Indonesia kebobolan 3 gol pada kurun 30 menit pertama saat menghadapi Malaysia.

Milla sepertinya sangat pede dengan menyimpan Evan Dimas dan Hansamu Yama, dia begitu percaya dengan teori dan pilihan pemain yang dianggapnya sudah pas dengan skema permainan yang ingin dia terapkan Tetapi apa yang terjadi dilapangan? Indonesia dibantai Malaysia. Permainan Indonesia sangat amburadul, khususnya di babak pertama. Mereka bermain seolah -- olah tanpa arahan jelas, tidak ada pemimpin dilapangan tengah. Barulah setelah Evan Dimas masuk di babak kedua, terlihat perbedaan permainan Indonesia, lebih terarah dan lebih terorganisir.

Para pelatih sebelumnya juga pernah mencoba bermain tanpa Evan Dimas, atau sengaja  mencoba mencadangkannya. Baik Indra Sjafri, Riedle, sampai Aji Santoso, tetapi bisa dilihat bagaimana hasil dan permainan Timnas disaat Evan tidak ada di tengah lapangan? Kalah mungkin tidak, bisa juga menang, tetapi secara permainan pasti akan lebih baik kalau Evan berada di tengah lapangan. Hal inilah yang sebenarnya ditakutkan untuk kedepannya, Timnas jadi sangat bergantung kepada Evan Dimas, mungkin tidak berlebihan kalau dibandingkan Argentina tanpa Messi, atau Portugal tanpa Ronaldo, hambar.

Tugas Luis Milla untuk menemukan solusi  masalah Evan Dimas-sentris ini. Sebab bisa saja Evan Dimas memang dalam keadaan fisik yang kurang prima atau sedang dalam cidera sehingga memang tidak bisa diturunkan. Dan kadang pelatih juga tidak perlu membuat pernyataan tentang kondisi pemainnya sebelum bertanding. Di manapun pelatih pasti mengingkan skuad terbaik yang diturunkan.

Tidak bijak juga langsung mencoba menghilangkan peran Evan Dimas di pertandingan resmi dan penting, akibatnya bisa sangat fatal. Seperti kemarin saat kalah dari Malasyia. Mungkin dapat dicoba mengganti Evan di babak kedua setelah terlihat kita bisa mengendalikan permainan atau bisa juga memberikan pemain lain peran kapten disaat ada Evan di tengah lapangan. Hal ini bagus untuk keutuhan tim, Evan bisa berbagi beban dengan pemain lainnya. Dalam hal ini tentunya beban mental tim. Dalam pertandingan uji coba bisa juga Evan hanya sebagai pemain pengganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun