Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketika Jokowi Melawan Hukum Pasar

3 Juni 2016   11:32 Diperbarui: 3 Juni 2016   11:36 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Coba sebutkan apa yang terlintas dibenak kita apabila ditanyakan mengenai harga – harga kebutuan pokok menjelang bulan puasa dan apalagi menjelang Hari Raya? Semua pasti setuju untuk mengatakan bahwa “Harga Naik”. Hukum pasar akan mengatakan bahwa harga akan naik apabila stok barang menipis tetapi permintaan tinggi. Maka sebagian kita akan selama ini akan maklum  apabila menjelang hari – hari besar terutama hari – hari besar keagamaan barang – barang menjadi naik.

Rupanya Presiden Jokowi gerah dengan “tradisi” turun-temurun yang menyusahkan masyarakat ini. beliau seolah – olah menentang hukum pasar yang selama ini diyakini benar oleh sebagian masyarkat kita. Beliau justru berfikir sebaliknya, harga harus turun !!!, nah lho ? Apakah presiden tidak paham hukum pasar? Jangan – jangan pencitraan lagi nih.

Seorang Presiden apabila sudah mengeluarkan pernyataan kemudian diteruskan ke bawahannya untuk dilaksanakan (baca : kementrian terkait) pastinya sudah memiliki data yang valid. Beliau pasti telah mengetahui ada yang salah selama ini terkait kenaikan harga pasar kebutuhan pokok tersebut.

Penentuan harga komoditas tidak lepas dari rantai distrbusi dan berapa besar keuntungan yang diperoleh pada setiap rantai distribusi tersebut. Dari Produsen, distributor, agen, sampai ke pedagang. Semua berkontribusi. Tentunya faktor seperti ketersediaan produk dan segala macam faktor pendukung seperti tranportasi juga berpengaruh.

Kembali ke hukum dasar yang menjadi patokan awal adalah ketersediaan produk itu dipasaran dibandingkan kebutuhan masyarakat. Kalau ternyata setelah dihitung bahwa ketersediaan produk sebenarnya tidak ada masalah bahkan melebihi dari kebutuhan sebenarnya. Maka dapat dipastikan bahwa yang nakal adalah para pemain – pemain dirantai distribusi dan pedagang.

Masalah ini dapat diliat dari harga ayam yang mulai naik, setelah diadakan pertemuan antara menteri terkait dengan para produsen ayam potong, ternyata sebenarnya supply untuk ayam sendiri malah berlebihan dan surplus. Dengan sedikit tekanan dari menteri maka produsen ayam ini bersedia membanjiri pasar dengan ayam. Otomatis sebenarnya tidak ada lagi alasan harga ayam mahal atau kelangkaan daging ayam dipasaran.

Kalau dari tingkat produsen tidak ada masalah, bagaimana mengawasi para distributor dan pedagang yang nakal. Karena sesuai tradisi para pedagang akan menyalahkan distributor ..”sudah mahal ngambilnya dari distributor....”. Dan distributor akan mengatakan “ Dari pabrik ngambilnya sudah segitu....”. Disinilah peran pengawasan dan penegak hukum. Mereka harus aktif terjun ke pasar dan melihat kondisi real di pasaran. Bila perlu diadakan operasi – operasi pasar secara berkala untuk menekan harga. Dan mereka yang sengaja menimbun untuk menaikkan harga dapat dikenakan sanksi tegas.

Dengan sedikit gamabran diatas sebenarnya apa yang kita anggap bahwa seorang presiden melawan hukum pasar adalah sesuatu yang masuk akal dan harusnya sudah dilakukan  bertahun - tahun yang lalu. Masyarakat seharusnyalah dilindungi dari mereka – mereka sang pemilik modal besar, dari para mafia dan kartel – kartel yang menguasai kebutuhan pokok rakyat. Janganlah korbankan rakyat, tetapi segelintir orang mengambil keuntungan dari situasi dan kondisi yang diciptakan dengan memanfaatkan yang namanya hari lebaran.

Pola konsumsi masyarakat selama bulan puasa juga harus sedikti diubah, percayalah pada bulan puasa ini, walaupun acara makan menjadi dua kali sehari, pastinya  ibu – ibu dirumah meminta uang belanja sedikit lebih banyak untuk keperluan dapurnya? tetapi apakah itu salah? Tentu saja tidak, karena memang karena “biasanya” harganya naik, para ibu juga ingin memberikan hidangan terbaik untuk keluarganya. Tetapi tidak terlalu belrlebihan adalaha sesuatu yang baik pula.

Kita tunggu kebijkan Pak Jokowi kali ini, apakah benar – benar dapat efektif berjalan apa tidak, khususnya menjelang Hari Raya Iduk Fitri? Atau nantinya kita sebagai pembeli kembali mendapat jawaban ketus dari para pedagang di pasar…..” Itukan harga di TV, beli aja ayam di TV, jangan dipasar sini…”

Selamat menunaikan Ibadah Bulan Suci Ramadhan.

Salam….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun