Mohon tunggu...
Haditya Endrakusuma
Haditya Endrakusuma Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Equilibrium

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritik atas Artikel "Sejarah Keganasan Wahabi"

22 Juni 2013   06:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:37 1873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca artikel tulisan pak Agus Sunyoto tentang Wahhabi, hampir sama nuansanya membaca buku-buku ataupun artikel yang banyak mengulas gerakan Wahhabi itu dengan nuansa "tendensius". Seperti karya-karya Zaini Dahlan misal di-bukunya yang berjudul "Durarus Saniyyah fir Raddi 'alal Wahhabiyyah", dan memang rata-rata kebanyakan para penulis sejarah sumir "Wahhabi" itu banyak bersumber dari karya Zaini Dahlan (yang dikenal punya "dendam" pribadi terhadap gerakan itu). Selain itu juga buku-buku dari Hasan as-Saqqaf, dst.

Terakhir sempat penulis secara pribadi dipinjami buku baru oleh seorang kawan, sebuah buku yang judulnya cukup provokatif dengan penulisnya "bersembunyi" dibalik topeng nama palsu yang disebut Syaikh Idahram, judulnya "Sejarah Berdarah Salafy Wahabi". Dan memang setelah ditelisik isi-nya juga banyak mengadop karya Zaini Dahlan dan as-Saqqaf.

Penulis kira itu merupakan effek dari "pelampiasan" kekalahan dalam adu argumentasi dari kritik-kritik komparasi literatur ala Wahhabi terhadap faham-faham Sufi Falasifah-Qaramitah-Bathiniyyah yang dalam praktiknya memang punya akar sejarah dari produk pemikiran kalangan Syi'ah (kebanyakan para Filosuf klasik Islam pun muncul dari lingkungan ini seperti al-Farabi maupun Ibn Sina, kemudian juga Ikhwanush shafa'), yang kemudian praktik itu menjadi populer dikalangan Sufi Falasifah maupun Nizam al-Asyraf walaupun mereka sendiri juga menolak Syi'ah (hal ini disebabkan membudaya-nya peninggalan Dinasti Syiah-Ismailiyyah yakni dinasti Fathimiyyah Ubaidullah di-Mesir).

Sebetulnya, sudah banyak buku-buku yang mengulas dan mengkritik model penulisan "tendensius" ala Zaini Dahlan dan Hassan Saqqaf itu tentang sejarah "Wahhabi" dan kejadian di semenanjung Arab itu, antara lain datang dari Sayyid Muhammad Rasyid Ridha (yang juga dikenal sebagai ulama besar yang masih keturunan dari kalangan Nizham al-Asyraf sendiri).

Tulisan kecil ini hanyalah sebuah pendahuluan yang bertujuan untuk sebagai starting point untuk kemudian dilanjut pada pembahasan lebih dalam lagi mengenai ragam tuduhan, stigma dan pelabelan yang "negatif" atas Wahhabi.

Poin Pertama

Pada artikel-nya, pak Agus Sunyoto berusaha menafsirkan sebuah Hadits dari Shahih Bukhori yang berkaitan dengan munculnya "fitnah" tanduk syaithan yang muncul dikawasan "Najd". Pak Agus mengasumsikan bahwa Hadits tersebut merupakan justifikasi untuk menyebut Ibn Abdul Wahhab yang hidup di "Najd" kawasan Semenanjung Arab itu adalah Fitnah itu. Pak Agus dalam artikelnya menulis:

"...Sufi Jadzab dengan terisak-isak berkata , 'Sewaktu ramalan Rasulullah Saw tentang bakal munculnya kaum sesat dari sebelah timur Madinah yang membahayakan umat Islam telah menampakkan tanda-tanda yang nyata, darah pun tumpah ruah membanjiri padang-padang gersang di atas gelak-tawa, raungan, jeritan, lenguhan, geraman kaum sesat terkutuk yang merampok, menjarah, menganiaya, memperkosa, membunuh, dan memangsa kaum muslimin dengan rasa bangga dan kepuasan maniac psikopat. Waspadalah wahai orang-orang beriman! Waspadalah, karena kaum sesat terkutuk yang diramalkan Nabi Saw itu sudah bergentayangan di sekitarmu dengan mulut meneteskan liur darah, lidah bercabang yang terjulur dan taring tajam yang berkilau karena haus darah kalian'...”

Hadits yang dimaksud disini yakni seperti hadits yang terekam dalam Jami' Shahih Bukhori 2/33 no 1037.

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata telah menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Ya Allah berilah keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “disana muncul kegoncangan dan fitnah, dan disanalah akan muncul tanduk setan”.

Mari kita lihat dalam Syarah-syarah Hadits ini tentang yang dimaksud dengan "NAJD" oleh para Aimmah Ahlu'l Hadits Muktabar sebagai komparasi tentang yang dimaksud dengan matan Hadits tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun