Mohon tunggu...
Cerpen

Cerpen | Impian Si Kapten Kecil

22 Maret 2017   14:13 Diperbarui: 22 Maret 2017   14:27 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Semua awak kapal, segera naik ke kapal!”, teriakku kencang di dek kapal. Segera mereka semua lari dan masuk ke dalam kapal. Karena mereka tahu jika aku adalah seorang kapten yang tegas, dan selalu tepat waktu. Waktu kecil menjadi seorang kapten adalah impianku sejak dulu. Ketika aku kecil aku suka bermain kapal bajak laut, bahkan aku suka mengkoleksi topi bajak laut dan semua yang berhubungan tentang bajak laut.. “Ay ay ay, kami siap kapten”, kata mereka serentak di tempat kerja mereka masing masing. Tetapi dari kejauhan aku melihat dan mendengar seseorang yang berteriak kencang “KAAAPTEEEN… KAPTEEEEN..”. setelah orang itu mendekat, aku pun menyadari jika itu adalah seorang dari bagian awak kapalku yang tertinggal. “huuft hufftt.. kaap.. kapteen.. aku ingin menyampaikan sesuatu padamu”. Dia menyerahkan sepucuk surat yang ditali dengan pita kuning, dan isi dari surat itu berbunyi "

Kapten Evan Van Dutch, aku memiliki hadiah untukmu, pergilah ke pulau Paradise Island dan ambil hadiahmu. Kapten Red Eye..”. Seketika hatiku menjadi geram, aku ingin marah dan menghabisi Kapten Red Eye, karena dia adalah musuh bebuyutanku. Sejak dahulu dia selalu merebut harta karun milikku yang seharusnya adalah punyaku, dia mengambil kotak emasku, kapalku, bahkan menangkap awak kapalku untuk dijadikan tawanan dan dijual. Emosiku terpancing dan aku segera menyuruh seluruh awak kapal untuk segera menyiapkan layar dan berangkat ke Paradise Island.

“Semua awak kapal, siap kan layar! John, Mark, Clay, Gru bersiap di tempat kalian masing masing, kita akan melewati hari hari yang panjang melewati 7 lautan dan 7 samudra untuk menemukan Paradise Island”, kataku penuh keyakinan untuk bisa menemukan pulau itu. “Mark, apakah kamu tahu dimana itu Paradise island?”. Tanyaku kepada salah satu awak kapalku yang merupakan ahli dalam perbintangan dan peta. Dia menjawab jika waktu dia kecil ayahnya juga seorang ahli peta, dan Mark mengatakan jika dia teringat kalau dia pernah pergi bersama ayahnya menyusuri lautan dan menemukan sebuah pulau yang disitu seperti surga. 

Semua tanaman dan buah buahan melimpah disana, tetapi karena begitu melimpahnya sehingga ayah Mark tidak mau memberitahukan kepada semua orang tentang pulau itu, “tetapi ketika aku sudah beranjak dewasa dan mencoba menemukan pulau itu lagi, aku berangkat bersama kapal sewaan dan awak sewaan dan ketika kami hampir sampai di pulau itu, tetapi dari kejauhan aku melihat sesuatu yang melewati kapalku dan menabrak kapalku dengan keras, dan tiba tiba monster laut berwarna hijau keluar di depan kapalku….”. kata Mark dengan ekspresi begitu meyakinkanku. “

Sekarang pulau Paradise Island tidak pernah terlihat lagi karena dijaga oleh monster dan ditutup oleh kabut, dan pulau itu yang sekarang disebut dengan Cursed Island”. “Apa! Cursed Island? Jadi selama ini yang aku cari adalah pulau itu, tapi itu mustahil untuk kita bisa mencapai disana”. Jawabku kepada Mark, sejenak aku berpikir sesuatu, aku berjalan di dek dengan kepala menghadap kebawah dan tampak aku seperti sedang serius memikirkan sesuatu. “Ahaa!! Mark, bukankah kau pernah mendengar rumor rumor jika ada suatu guci berisi tanah suci di suatu pulau di salah satu ketujuh samudera bisa membunuh monster hijau yang sering menghancurkan kapal tersebut?”. Seketika Mark juga berpikir dan menganggukan kepala kepadaku dan berkata jika dia mau untuk mencari guci tersebut. Segera kami kembali membeli beberapa keperluan dan bersiap berangkat pada keesokan paginya.

Keesokan paginya kami memulai perjalanan, kami berlayar dari Port Land menuju arah Timur dimana guci itu berada berdasarkan informasi yang kami dapat. Setelah 2 hari 1 malam kami berlayar, seorang pengamat yang berada diatas kapal berteriak “Kapteeen… kapteenn.. aku melihat sebuah pulau di arah timur, ”Aku hanya memandang ke depan sambil tersenyum kecil dan berkata dalam hati, “ ha ha ha ha.. bersiap saja Red Eye, aku akan segera membunuhmu dan mengambil apa yang seharusnya jadi milikku”. Segera kapal menurunkan jangkar dan kami semua menaiki sampan mendekati pulau tersebut. 

Pulau itu terlihat biasa saja karena banyak karang disana. Ketika kami mendekati pulau tersebut, kami melihat hutan yang sangat lebat yang sepertinya menyeramkan. Setelah kami menginjakan kaki kami di pulau tersebut, bergetarlah tanah dan dari balik hutan tersebut munculah sebuah raksasa batu yang tingginya 10 kali lebih besar dari manusia, raksasa tersebut memiliki mata merah dan muka menyeramkan seperti manusia tetapi terbuat dari batu. “woaaaaaaaaa…. Siapa yang berani menodai pulauku”. Teriak raksasa tersebut dengan nada tinggi dan marah. 

Awak kapalku sangat ketakutan dengan ekspresi mereka yang terlihat diwajah mereka, “Kapten! Aku tidak mau mati sekarang, ini terlalu gila untuk melawan raksasa tersebut, apakah kita bisa melawannya?”. Tanya mereka padaku,“Tenang saja, ini semua adalah bagian rencanaku. Mana mungkin aku sebagai kapten tidak memikirkan suatu rencana sebelum datang kesini, aku tidak sebodoh itu. Kamu hanya perlu mengikuti apa yang aku perintahkan”. Jawabku dengan penuh keyakinan. Aku menyuruh beberapa awak kapal untuk kembali ke kapal dan menyiapkan meriam, ada beberapa yang menjaga garis depan untuk menjadi umpan raksasa, ada juga yang berada di sampingku untuk menjadi pelindungku ketika aku butuh bantuan. 

Setelah semua sudah di posisi, aku memberikan kode kepada awak kapal yang berada di garis depan untuk mengalihkan perhatian raksasa tersebut, dan setelah raksasa tersebut teralihkan perhatiannya, aku memberikan sandi kepada awak di kapal untuk menembak tepat di kepala raksasa tersebut. “Teeeeembaaaaakkk!!”. Teriakku dengan mengacungkan tangkanku keatas sebagai tanda untuk meriam menembak raksasa tersebut. Segera aku menyuruh awak kapalku yang berada di garis depan untuk mundur, dan terdengarlah suara ledakan yang kencang karena meriam tepat mengenai kepala raksasa tersebut. Semua berteriak gembira dan aku menyuruh beberapa awak kapalku untuk mengambil guci yang berada tepat di jantung raksasa tersebut.

 Setelah kami mengalahkan raksasa tersebut. Kami segera menuju pelabuhan terdekat untuk membeli beberapa makanan, senjata, senapan, dan lain lain. Setelah kami sudah siap, keesokan paginya kami mulai berangkat untuk melakukan balas dendam kepada Red Eye. “Red Eye, kematianmu sudah berada di tanganku, bersiaplah menunggu malaikat pencabut nyawamu datang”, pikirku di dalam hati dan tersenyum kecil. Kapal kami berlayar secepat mungkin meskipun akan memakan sampai berminggu minggu untuk menemukan Cursed Island tersebut. 22 hari kami mencari pulau tersebut, tenaga kami mulai melemah begitu pula dengan persediaan makanan kami yang mulai menipis. “Kapten, aku rasa mustahil untuk menemukan pulau itu, apakah kita tidak berputar haluan saja, karena persediaan makanan kita juga semakin menipis”. Aku hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan itu. Aku terus menggunakan teropong dan melihat apakah ada pulau di sekitar sini. 

Hari ke 33, kami mulai kelaparan dan seluruh awak kapal lemas dan ada beberapa yang sakit karena tidak kuat menahan cuaca dan badai yang datang beberapa hari yang lalu. Aku tetap saja tidak putus asa menggunakan teropongku setiap hari. Tiba tiba, “Duuuukk! Kreeeeek!”, aku mendengar suara seperti gema yang berada di bawah kapal. “Ohh tidak, oh tidak! tidak! tidak!”, dan tiba tiba “Duaarrrrrr ”, bagian sebelah kanan kapalku rusak. “Kapteeeeen apa yang terjadi”. Teriak seorang awak kapalku di bagian belakang, seketika itu ada seperti tangan penghisap gurita raksasa berwarna hijau muncul di samping, setelah beberapa detik, kapalku mulai terbelah menjadi 2 dan semua tenggelam, tapi ada sesuatu yang menarik kakiku ke atas air dan aku segera terangkat keatas dan aku menyadari yang menarikku adalah gurita raksasa berwarna hijau yang sudah membunuh banyak nelayan dan juga kapal kapal lainnya, dan ketika aku terangkat keatas aku melihat sebuah pulau yang sangat indah dengan pemandangannya yang begitu menakjubkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun