Mohon tunggu...
Gutamining Saida
Gutamining Saida Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Kedungtuban Kab Blora

Jalan-jalan, baca cerita Seorang istri yang banyak mimpi,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rapor Jelek, Bukan Akhir Segalanya

16 Desember 2022   13:14 Diperbarui: 16 Desember 2022   15:04 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya : Gutamining Saida

 Semester gasal sudah akan berakhir. Banyak cerita menarik bagi orang tua. Satu semester berkutat dengan banyak mata pelajaran yang harus diselesaikan. Minggu sebelum libur sekolah tiba, merupakan waktu pembagian buku hasil belajar yang biasa dikenal buku rapor. Buku rapor adalah suatu cara pengukuran pencapaian siswa. Umumnya diberikan sekolah kepada siswa atau orang tua dua kali hingga empat kali dalam setahun. Dua kali saat tengah semester dan dua kali saat akhir semester.

Fungsi rapor adalah untuk memberikan informasi tentang peserta didik. Meliputi nama siswa, tanggal lahir,tempat tinggal, data kedua orangtua, serta data lain sebagai penunjang.

Jaman dulu rapor ditulis tangan (manual) oleh guru atau wali kelas.Sekarang berubah  rapor yang dicetak oleh komputer bahkan terbaru e-rapor. E-rapor yaitu buku rapor yang menggunakan aplikasi yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kebanyakan orang menganggap bahwa anak pintar adalah yang mendapat nilai akademis tinggi di sekolah. Berdasarkan peringkat kelas atau paralel. Padahal tidak selalu begitu, banyak anak yang biasa saja ketika di sekolah. Namun mereka sukses dengan jalan masing-masing. Karena tingkat kesuksesan seseorang tidak bisa diukur dari kemampuan akademis atau nilai saja. Tetapi dari dari bakat, ketrampilan yang dimiliki dan kerja keras.

Nah, alasan mengapa nilai rapor bukan segalanya bagi siswa adalah:

  • Nilai hanya sebagai bahan evaluasi siswa
  • Pendidikan melatih siswa bersifat jujur
  • Pendidikan sebagai media petualangan siswa
  • Usaha lebih baik daripada nilai
  • Praktik adalah tolak ukur sebenarnya
  • Potensi, bakat dan minat anak lebih penting
  • Hasil pendidikan tertinggi yaitu toleransi

Itulah alasan mengapa nilai BUKAN segalanya bagi siswa. Kita wajib mendukung, mengarahkan yang TERBAIK untuk siswa. Jangan paksa siswa untuk mendapat nilai baik (bagus) tetapi latihlah terus menerus untuk bisa mencapai nilai terbaik sesuai kemampuannya. Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun