BERSAMA TUHAN DI KEDAI KOPI
Tuhan, hari ini agak berbeda dari hari-hari sebelumnya
Biasanya aku bersujud, berdoa dan bercakap-cakap denganMu di oratori
Meskipun pada kenyataannya aku percaya bahwa Engkau
Ada di setiap sudut alam raya ini dan aku bisa berdoa di mana saja sesuka hati.
Mungkin selama ini aku terjebak oleh rasa aman dan nyaman
Suasana adem ruang oratori yang dilengkapi kipas angin miyako
Sehingga membuat aku malas bergerak kesana-kemariÂ
Tetapi kali ini aku ingin mengundang dan mentraktirMu ke kedai kopi
Sejenak rehat bersamaku, aku mau bercerita bersamaMu banyak hal
Sambil menikmati kopi, rokok dan makan beberapa iris pisang goreng
Tuhan aku mau berkisah tentang korona, politik, perdamaian dunia,
Tenaga medis, pasien corona, kematian, kemiskinan, kebijakan PPKM,
Demo, tentang kaum Tionghoa, berita olahraga, artis mengkonsumsi narkoba,
Sekolah online, masyarakat yang semakin menderita dan
Persoalan-persoalan lainnya yang sedang terjadi di dunia ini  Â
Tuhan, maafkan aku yang terlalu banyak berbicara sehingga melupakan kehadiranMu Â
Maafkan juga suasana kedai kopi yang ribut dan sangat berisik
Sebab kedai lagi ramai pengunjung yang berhenti sejenak dari kesibukannya
Ada pedagang, pegawai, nelayan, pemburu, mahasiswa, DPR, hakim,
Romo, pendeta, pengecara, perampok, pelukis, penyair, dosen, pelacur,
Suster, ojol, sopir, pemulung, pengamen, orang gila, pengemis.
Tuhan, Engkau bisa saksikan sendiri inilah wajah-wajah kami manusia
Yang sedang mengalami ketakutan akibat pandemi yang terjadi
Aku berharap Engkau bisa mendengarkan semua ceritaku
Tuhan, terima kasih karena hari ini telah memenuhi undanganku untuk ngopi bareng
Tuhan, masih ada sisa seiris pisang goreng dan sepotong cabe rawit
Izinkan aku memberikan pisang goreng ini untuk orang gila di sudut kedai.
Kamar No. 18
Biara St. Theresia Lisieux, Gadingan-Jogjakarta