Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Inggris dari "Abon"

29 September 2014   22:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:02 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bilamana pertanyaan “apa bahasa Inggris dari abon” saya lontarkan kepada Anda, prediksi saya, 20 persen menjawab benar, 20 persen menjawab salah, dan 60 persen akan “walk out” alias kabur tak mau menjawab. Karena ini bahasan soal bahasa, bukan politik, saya cukupkan sampai di sini saja berbicara soal “walk out”. Mungkin ada di antara Anda yang berasumsi bahwa istilah “abon” tak ada bahasa Inggrisnya. Ini juga prakiraan saya, namun ternyata ada padanannya. Dalam bahasa Inggris dia disebut dengan “meat floss”. Tergantung dari bahan daging yang dipakainya, bisa kita sebut dengan “beef floss” (abon daging sapi), “chicken floss” (abon daging ayam), ”pork floss” (abon daging babi) dan sebagainya.

Kata “floss” justru sudah lama akrab di wawasan bahasa saya sebagai “dental floss” yaitu “benang berlapis lilin yang diselipkan di celah-celah geligi untuk membersihkan dari sisa makanan yang masih menempel di situ”. Orang Indonesia memang agak jarang menggunakan dental floss, namun yang saya tahu, di negara Barat, kebiasaan flossing ini sudah lazim dilakukan. Kalau melihat definisi dari “floss” maka kita akan membayangkan sebagai “himpunan serat-serat benang yang saling bertautan” (the mass of fine silky fibers obtained from cotton). Karenanya, pemakaian istilah “beef floss” untuk “abon” memang sudah sesuai dengan denotasi yang disandangnya.

Ternyata jenis makanan yang memakai istilah “floss” bukan hanya “beef floss” saja. Ada lagi sebutan “fairy floss” yang dalam bahasa kita dinamakan dengan “arum manis” atau “gulali”. Fairy floss alias gulali ini memang sering kita jumpai dijual orang pada fair (pasar malam). Sejarahnya, fairy floss ini diciptakan oleh seorang dokter gigi bernama William Morrison pada tahun 1897 dan terjual laris manis pada “World Fair” tahun 1904. Tahun 1921, Joseph Lascaux, juga seorang dokter gigi, juga menciptakan alat pembuat arum manis serupa, dan diberinya nama “cotton candy”. Istilah fairy floss ini memang akhirnya kalah tenar dengan cotton candy, namun khususnya di negara Australia, gulali ini tetap disebut dengan “fairy floss”. Jadi bagi Anda yang kelak akan berwisata ke Australia, mungkin ada gunanya untuk mengenali istilah “fairy floss” ini (agak sulit dibayangkan hanya dengan menelaah kata fairy dan floss). Istilah cotton candy biasa dipakai di AS dan Kanada, sedangkan di negara Inggris, India, Pakistan sering disebut dengan “candy floss”. Di Australia, seperti saya paparkan memakai istilah “fairy floss” (menarik untuk dikritisi pada Wikipedia Indonesia, ternyata fairy floss ini diterjemahkan dengan “benang peri” dan menurut saya kurang tepat, karena fairy ini merujuk pada ‘pasar malam/fair’, bukan ‘peri’).

Sebagai bonus penutup tulisan ini, saya mendapat masukan dari seorang sahabat Facebook yang memberitahukan bahwa salah satu produk roti BreadTalk (bukan promosi) diberi nama “Fire Floss”. Dia baru “ngeh” mengapa roti ini dinamai dengan Fire Floss, karena wujudnya adalah roti abon yang ada nuansa pedasnya (fire). Paling tidak, bagi Anda yang belum mengetahuinya, sekarang setingkat lebih tinggi pengetahuannya berkaitan dengan istilah “floss” ini. Mudah-mudahan bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun