Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Alay Generasi Tahun 60an

5 November 2012   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:57 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13521864541539581460

[caption id="attachment_215029" align="aligncenter" width="603" caption="(ilust oturn.com)"][/caption] Siapa bilang bahasa alay cuma diciptakan oleh generasi Y (generasi masa kini) dengan istilah ‘lebay’, ‘duren’, ‘matrek’, ‘bete’, ‘bokap’, ‘nyokap’, ‘narsis’, ‘katrok’ dan sebagainya. Di tahun 1960an, generasi mudanya juga tak kalah kreatif menciptakan bahasa gaulnya, meskipun tentu tak seheboh anak zaman sekarang yang ‘didukung’ oleh teknologi informatika sehingga bisa ‘go viral’ dalam waktu singkat.

Di masa tahun 60an itu, ada istilah ‘indehoy’, yaitu berpacaran di tempat-tempat yang sepi dari perhatian orang, misalnya di taman yang rimbun, di gedung bioskop yang gelap. Entah dari mana istilah ini tercipta, namun mungkin juga sebagai bentuk pelesetan dari kata indekos, di mana memang anak-anak kos memang terkenal pandai bergerilya di dalam berpacaran. Di masa itu juga ada istilah gaul ‘cipok’ untuk menggantikan kata ‘cium’.

Istilah berpacaran (bahasa Inggris ‘going steady’ yang nampaknya juga sudah mulai menjadi kata usang) mempunyai istilah gaul yang unik yaitu ‘wakuncar’ yaitu singkatan dari ‘wajib kunjung pacar’. Mungkin istilah ‘wakuncar’ diciptakan oleh para taruna remaja akademi militer yang setiap hari Sabtu dan Minggu mendapat liburan keluar dari asrama untuk menemui gadis idaman mereka. Dalam urusan cinta, di zaman itu, ada istilah ‘mabuk cinta’ dan ‘rayuan gombal’. Mengapa ada kata ‘gombal’ di sini, nampaknya ini merupakan pelesetan dari kata ‘love’, yang kemudian dijadikan ‘lap’ dan akhirnya menjadi ‘gombal’ (arti gombal adalah lap yang kotor).

Juga ada istilah ‘ge-er’ yang merupakan singkatan dari ‘gede rumangsa’, ada istilah ‘perek’ yang merupakan singkatan dari ‘perempuan eksperimen’ alias perempuan nakal, ada istilah ‘persekot’ yang mengonotasikan ‘hubungan seks pra nikah’. Kata kondom pun punya istilah unik yaitu ‘kapotjes’. Duit di masa itu sering diucapkan dengan istilah ‘fulus’ (dalam bahasa Arab memang bermakna ‘uang’). Wanita tuna susila yang sering beroperasi di jalanan dinamai dengan ‘grenpang’. Kata ini, seingat saya, mengambil dari nama grup penyanyi Grand Funk yang tersohor pada masa itu.

Bahasa alay memang selalu terlahir dari para generasi muda tanpa bisa dihalangi. Sebagian kata-kata ini menyurut seiring dengan bertambah tua generasi itu, namun sebagian lagi akan dikukuhkan masuk menjadi kosakata bahasa Indonesia yang baku. Bahasa memang sesuatu yang dinamis dan setiap generasi mempunyai andil memperkaya khazanahnya. Pada generasi tahun 60an, saya mengharapkan ‘masukan’ tambahan istilah-istilah alay yang masih terlewatkan dalam tulisan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun