Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Pagi dalam Remang Senja

18 November 2019   02:21 Diperbarui: 18 November 2019   02:45 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejujuran adalah keutamaan dalam hidup
Kemujuran tidak pernah meninggalkan orang jujur
Selamat memulai pagi dengan senyum dari sisa embun

Lia mengingat sapaan pagi yang mendadak buyar ketika bertemu dengan Demun di ruang pemasaran pada suatu siang. Ia sama sekali tidak menyangka, secepat itu embun menjelma percikan ludah dari mulut Demun.

"Saya sudah berulang kali mengingatkan, dahulukan pekerjaan di Blok H!"

Selanjutnya Lia, Sarwan, dan Oji hanya mendengarkan luapan emosi Demun dengan nada tinggi dan rona merah membungkus wajahnya. Anaknya Demun yakni Desy, dan dua anak buah Demun terdiam. Zaenab sudah menyingkir ke teras.

"Sarwan! Bu Lia! Bisa mendengar kata-kata saya?!"

"Bisa, Pak," sahut Sarwan.

Demun melanjutkan bahwa Blok H harus menjadi prioritas, karena akan segera dibangun. Selain posisi blok berada paling ujung, juga merupakan proyek yang disubsidi oleh pemerintah, dan paling depan dalam pemasaran. Sedangkan blok lainnya bisa dinomorberikutnya, karena sudah tergolong proyek komersial.

Ketinggian permukaan lahan di blok itu pun harus dipangkas lagi. Tanah pangkasannya harus dialokasikan ke lahan yang masih memungkinkan untuk ditimbun.

"Kalian mau bekerja dengan saya atau mau seenak kalian sendiri?"

Tiba-tiba Sarwan bangkit dari kursi, lalu bergerak ke arah gambar besar rencana lokasi. Sarwan menerangkan perihal pekerjaan di Blok H beserta kendala-kendalanya.

Lia melirik ke Demun yang sedang menyaksikan Sarwan berargumentasi. Wajah Demun tidak merona merah lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun