Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ada Aku yang Lain

16 Agustus 2019   01:00 Diperbarui: 16 Agustus 2019   01:26 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sisi lain, aku berusaha melakukan pembenaran sebagai upaya serius untuk menghibur diriku. Kemiskinan merupakan sesuatu yang bla-bla-bla-bla. Mungkin juga sebuah usaha santai pada saat situasi semakin sekarat atau semacam sebuah kemabukan paling parah untuk sejenak keluar dari penderitaan.

***

Ada hari yang sangat bersejarah bagiku. Hari tersebut berada dalam situasi semakin sekarat dalam perbudakan dan kesewenang-wenangan. Di sebuah toko bahan elektronik, aku menerima kabar dari Ibu.

Sewaktu menerima kabar itu, aku belum sadar dari pengaruh sihir perbudakan terselubung. Kesadaranku seolah terbelit dalam gulungan kabel NYM 3 X 2,5. Aku menanggapi kabar Ibu dengan datar-datar saja.

Sekian jam setelah menerima kabar itu, barulah aku sadar. Oh, ternyata...

Aku merasa mendapat "sengatan" listrik baru dari Ibu pada jantungku. Ada arus besar yang seketika menyetrumku. Tak pelak aku bangkit, dan menjadi sebuah sosok yang seharusnya : berani mengatakan suatu kebenaran yang semestinya dinyatakan.

Sangat heroik, 'kan?  

***

Aku percaya bahwa seorang ibu memiliki suatu naluri alamiah yang berasal dari sebuah ikatan batin dengan anaknya, meskipun si anak sudah dewasa sekali. Sewaktu masih kuliah, aku pernah ditelepon oleh Ibu melalui telepon milik induk semang.

"Kamu sakit, ya?"

Begitu pertanyaan Ibu, dan aku iyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun