Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Hujan Bunga Mangga

28 November 2018   05:41 Diperbarui: 29 November 2018   09:08 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay/Patounet54)

"Tinggal siapa saja?"

"Ada Sarwan di ruang belakang."

"Baiklah, mumpung belum hujan. Udaranya sudah basah. Mungkin ada daerah yang sudah hujan."

Mereka segera melangkah ke ruang utama, berbelok ke ruang tamu, menutup pintu, berjalan ke teras, dan menuju tempat parkir. Saya melanjutkan langkah ke kamar mandi. tidak beberapa lama kemudian terdengar suara kendaraan meninggalkan halaman rumah singgah.

Selama mandi dan masih ada orang yang berada di rumah singgah, saya bisa merasa nyaman dan aman sebelum selesai urusan membersihkan diri. Sebab, rumah singgah memang bukan rumah tinggal biasa. Siapa pun bisa tiba-tiba singgah untuk suatu keperluan. Kalau masih ada seseorang yang berjaga-jaga, tentu saja, semua bisa aman-terkendali pada saat saya berada dalam kamar mandi.

Sampai selesai saya mandi, Sarwan masih berada di ruang belakang yang bersebelahan dengan dapur. Biasanya dia sedang membaca atau menulis opini untuk dikirimkan ke media, minimal media lokal semisal Victory News.

Dia satu-satunya yang rajin menulis opini serta tulisannya sering dimuat. Tahun lalu beberapa kali aku memergoki dia sedang membaca koran atau buku. Tidak keliru jika Demun mengajaknya bergabung di rumah singgah. Asalnya Nias, dan di Kupang dia menumpang di rumah pamannya sejak awal hingga kuliah di Undana.

Dengan masih berkalung handuk basah, saya menemui Sarwan di ruangannya. Saya mengajaknya ngobrol mengenai kegiatannya, khususnya menulis, pasca-kepulangan saya pada akhir tahun lalu. Kami ngobrol sambil menghadap pintu dan ke ruang terbuka agar bisa mengamati situasi di luar.

Dia bercerita dengan wajah berbinar-binar. Selama tujuh bulan tahun ini belasan opininya dimuat koran lokal. Honornya lumayan. Bahkan, awal tahun ini satu opininya memenangkan sebuah lomba menulis opini. Uang hadiahnya sudah menjadi komputer jinjing yang sedang dipakainya di ruangan itu.

Pada saat kami asyik ngobrol, hujan turun. Suara hujan terdengar jelas menimpa atas seng. Perkerasan lantai ruang terbuka pun terlihat basah. Udara basah langsung menyapa kami.

Beberapa menit kemudian saya dan Sarwan dikejutkan oleh percikan api dan suara korsleting dari kabel listrik di ujung atap seng yang mengarah ke meteran. Di sekitarnya terdapat sebuah pohon nangka dengan daun-daun yang basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun