Wahai Malam,
Banyak yang mencari tiang api
Pengembaraan tengah terhenti di padang gurun
Srigala-srigala menggerayangi lekuk-lekuknya
Mengincar setiap pejalan sendirian
Sekawanan musafir melingkari sekuntum api unggun
Meracik puisi-puisi dari kerak-kerak keringat
Memerciki jejak-jejak tiang awan
Para pemain membunyikan tamborin, gambus,
Kecapi, seruling, kelentung, ceracap mengiringi
Tiap puisi dilantunkan dengan liukan para penari
Anak-anak pun melingkari api unggun
Menikmati dan menghabisi manna-manna
Sebelum sinar fajar melendiri manna-manna
Wahai Malam,
Puisi-puisi bermusikalisasi tari-tarian di sudut
Padang gurun berselubung pekat kelam
Menggeliat gelora memanggil-manggil tiang api
Sebelum api unggun kehabisan kayu
Sebelum seringai srigala meruncing kuku-kuku angin
Pengembaraan masih menyisakan jauh jangkauan
Puisi-puisi pun selalu mengalun sepanjang perhentian
Para pengintai berjaga-jaga dari segala penjegalan
Penjagalan tidak pernah lelah pulas
Wahai Malam,
Banyak yang mencari tiang api
Padang gurun disusupi kubu-kubu bermata gelap
Kemalangan demi kemalangan tidak pernah diam
Meski sekejap berpejam
*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 17 April 2018