Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kelatu

23 November 2017   19:13 Diperbarui: 23 November 2017   19:16 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayap-sayap kelatu tumbuh di punggungku
Mengepak-ngepak di bawah lampu
Waktu pun terpelanting ke seberang laut

Sebuah ember berisi air tergambar wajahku
Tanpa kumis dan rambut masih berebut kepala
Kelatu-kelatu tanpa sayap berenang sia-sia

Orang-orang berebut membeli protein hewani
Berapa pun harganya demi menyiasati tubuh
Ribuan kelatu menyerahkan diri tanpa pamrih
Lengah dari plototan dompet melongo
Cecak-cecak buncit cekakan

Aku melayang-layang di wajah-wajah lampu
Kelatu-kelatu berenang-renang dalam wajan
Kelatu-kelatu berkubang dalam lumpur tepung
Anak-anak girang menggandengkan kelatu-kelatu
Ibu-ibu riang menggoreng rembulan
Mbah-mbah terkekeh-kekeh tanpa gigi palsu

Sayap-sayap kelatu membawaku ke piring-piring robek
Nasi mengepul-ngepul kehangatan malam
Hujan telah lalu kembali lagi menjadi gerimis di mataku

*******
Kelapa Lima, Kupang, 23-11-2017


Kelatu (bahasa Bangka) = laron

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun