di aula el tari aku melihat kamu menari
mengibas rambut menyangkal prasangka
sejuk sejenak batu es mengulummu
aku mengukur jarak antara liuk dan lekuk
jauh dijangkau jauh dipantau
dekat diingat lekat disekat pintu patri
seperti patah kaki digoyang maumere
meteran gemetar meletakkan angka
kepala menjadi bola pingpong
angka-angka tertindih di kursi-kursi
di dinding-dinding pasi kamu masih menari
tanpa iringan sasando tanpa kain tenun ikat
hanya sesekali mesin dan knalpot ngiler cilok
minum es kelapa atau memutar kopi
di aula el tari kutulis catatan ini
kamu tidak lagi menari apalagi mengibas rambut
dua kali tiga kali hingga aku menarik-ulur meteran
angka demi angka bersandiwara di panggung
naskah tergesa-gesa menjadi penonton
sebagian berlari menuju balkon
mau berapa angka lagi agar aku pun bisa menari
mungkin berdansa denganmu disaksi el tari
*******
Kelapa Lima, Kupang, 22-11-2017