Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Belajar pada Hujan

19 November 2017   01:22 Diperbarui: 19 November 2017   21:16 3271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Henri Manuel (@kulturtava)

Aku belajar pada hujan
Setiap tetesnya menoreh risalah
Apa siapa ketika di mana
Menggoreskan kisah-kisah dalam ukiran basah

Suaranya adalah mantera-mantera mengunci
Segenap rekaman kemudian reda meredam
Mengukir aksara menyihir bulir-bulir mata
Terkadang bersuara lagi membasah wajah

Aku belajar pada hujan
Kehadirannya memerdu seluruh rindu
Setiap nada dan irama merundung desah basah

Aroma hujan adalah rempah-rempah
Masakan kehidupan sarat makna
Pembangkit selera para pujangga

Aroma hujan adalah balasan dari langit
Tergugah tadah dan tengadah mandah
Uap-uap dupa penuh peluh keluh kesah

Hujan adalah guru dan kawan
Ajaran hujan tidak lapuk dalam waktu
Ujaran hujan tidak luntur dalam ruang
Selalu basah pada jejak dan peta jelajah

Aku belajar pada hujan
Kemahiran mengalirkan suara dan aroma
Kebasahannya merengkuh kegerahan musim mungkir

Hujan tidak pernah mangkir memarkir risalah
Basahnya selalu mampir menyampir kisah

*******
Kelapa Lima, Kupang, 18-11-2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun