; Yoseph Owe Blikololong
Ada waktu jatuh di jalan Perumnas usai hujan deras
Dalam ukuran kertas-kertas bertanda tetangga
Kupungut secukup keranjang di pundak
Hari ketiga setelah malam menyalam Kelapa Lima
Sebentar lewat pangkalan ojek menyapa Oesapa
Belok di antara seragam putih abu-abu
Berhenti di atas puing-puing pertarungan
Tetangga tentu paling tahu batas tanda-tanda
Hari kedua adalah tenda bertanda embun
Dalam bungkusan-bungkusan putih kuning
Kursi-kursi plastik menunggu siapa tamu
Memulai perjalanan lanjut dari deretan cahaya
Berjabatan dengan besi-besi dan buku-buku
Terpaksa kulintasi panggung berwajah Setya Novanto
Hari belum sore aku memikul waktu ke Sanlika
Seperti telah kukenal aroma sisa hujan dan puing-puing
Tanpa sela dari genangan-genangan di jalan
Pelat putih sekolah rakyat Ancora menyila
Hari belum juga sore kugeletakkan waktu beranyam besi
Berbagi sisa pagi untuk menandai lantai dari tanah
Bagaimana menghabiskan waktu dari cangkir kopi
Dengan risalah-risalah dari jejak puing dan buku-buku
Dengan pola permainan prosotan dan tangga-tangga
Dengan sepetak peta perjalanan tanpa ujung
Tidak mungkin bulan berenang dalam endapan kopi
Gelap menyelam remang tiang listrik berkecup mobil
Remah-remah waktu masih menunggu di jalan lain
Akan kupunguti seperti tuan memulung senja sia-sia
Agar layak kiranya kupersembahkan kepada fajar
*******
Kelapa Lima, Kupang, 16 November 2017