Persembahan siapakah paling harum
Antara Kain dan Habel
Semerbaknya membungkus istana Tuan
Tuan memuji-muji jauh matahari
Menjadi jingkrak kijang kuda kancil sepanjang hari
Di hamparan padang rumput hijau
Sebab titah Tuan tidak tertuang pada
Dinding-dinding batu kulit-kulit kayu
Orang-orang mencari tanda dari rinai hujan
Bintang-bintang bulan-bulan
Dari musim-musim angin-angin
Dari jejak-jejak jingkrak
Di rumput-rumput rebah terinjak
Hanya musim panen adalah kemafhuman
Orang-orang mematok sebagai tanda Tuan berkenan
Seakan harga mati tepuk tangan pada tetesan keringat
Setiap gerak kaki tangan jadi liturgi sejati
Sedang uap tubuh jadi dupa termahal
Lalu semua ditatah rapi pada langit-langit mulut
Pada helai-helai rambut
Persembahan siapakah paling harum
Antara Kain dan Habel
Semerbaknya memekarkan senyum Tuan
Paling rekah penuh gairah dari segala kembang
Paling ranum penuh gelora dari sebagai buah
Paling pulen penuh geliat dari segala pepadian
Mengapa sekian lama Tuan diam saja
Ketika Kain mempersembahkan setangkup getah damar
Segala rempah menguar harum ke seluruh
Gunung lembah padang ladang
Mengapa lemak-lemak Habel malah menggirangkan Tuan
Tahta berjingkrak lebih semarak dari kijang kuda kancil
Bukankah persembahan puncak tetes keringat
Uap tubuh harum lebih dari dupa
Adam pun diam menyimpan kisah dalam getah
Daun-daun kulit-kulit kayu menyentuh tanah
Darah pertama melamur kulit menjadi jubah
Tersebab kisah kesah bersimbah kesal itukah
Tidaklah harum bebuahan dan pepadian
Tiada senyum untuk sedikit berpura-pura
Tuan mengeraskan hati mengeraskan tanah-tanah
Mencuatlah karang-karang di permukaannya