Mohon tunggu...
Alice
Alice Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Bisnis Online dan Sosial

Pemerhati Bisnis Online dan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahan Bakar Roket Elektabilitas Jokowi

24 April 2018   17:07 Diperbarui: 24 April 2018   17:06 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mungkin anda adalah salah satu orang yang masih sulit menerima fakta bahwa jokowi sedang menuai benih yang sudah ia tanam diawal pemerintahananya. Survey kompas terbaru menunjukan elektabilitas presiden yang tidak gagah (secara fisik) ini terus meroket, menembus angka diatas 50 %. Banyak yang berpendapat angka 50 persen 12 bulan menjelang pemilu adalah angka yang tidak aman, mereka membandingkan elektabilitas SBY 2009 yang mencapai 70 % kala itu yang pada akhirnya membuahkan kemenangan 60 % suara sah.

Perlu diinggat bahwa elektabilitas SBY saat itu menanjak cepat sesaat setelah pileg, dimana demokrat menjadi pemenang, sebelum pileg April 2009 elektabilitas sby masih diangka 40 %, padahal saat itu pilpres akan digelar beberapa bulan setelah pileg, artinya faktor kemenangan pileg menjadi bahan bakar roket elektabilitas SBY kala itu. 

Jika SBy bisa menang dengan elektabilitas tidak mencapai 50 % beberapa bulan menjelang pilpres, maka saya rasa modal 55 % elektabilitas Jkw 12 bulan menjealng pilpres masih sangat baik, pertanyaanya kemudian, apa yang bisa menjadi bahan bakar elektabilitas jkw jika pileg di gelar serentak? tentu faktor pemenang pileg tidak akan berpengaruh kepada petahana.

Jawabanya ada pada hasil kerja infrastruktur jokowi. Di awal pemerintahan mantan gubernur Jakarta ini merelakan citranya merosot tajam karena mengambil kebijakan yang tidak populis, mencabut subsidi dan menaikan harga BBM, bahkan saat ini premium nyaris langka, tetapi pakde (sebutan akrab jokowi oleh pendukungnya) punya hitungan tersendiri. 

Mencabut subsidi akan membuat pemerintah punya modal untuk memulai proyek2 infrastruktur yang nantinya bisa digunakan untuk menarik investor, strategi ini berhasilm status investment grade kembali di sandang dan tingkat kemudahan usaha naik di peringkat 72, nilai investasi tumbuh 12,4 % th 2016. 

Angka2 diatas tentu tidak akan banyak berpengaruh kepada elektabilitas jokowi, apalagi oposisi selalu meneriakan julah hutang yang terus naik. Pemilih tidak akan melihat berapa besar investasi tetapi hasil fisik kerja jokowi. Pasca lebaran jika pemerintah mampu mengurai persoalan kemacetan horor yang jamak terjadi selama mudik dengan bekal tol trans jawa dan berbai infrastruktur serupa di sumatera dan papua maka sangat mungkin elektabilitasnya kembali naik. 

Seiring berakhirnya masa pemerintahan pertama semakin banyak proyek strategis yang di resmikan Presiden Joko widodo, inilah yang dikehendaki petahana, menunjukan hasil kerja kepada pemilih, panen proyek infrastruktur inilah yang akan menjadi bahan bakar elektabilitas jokowi 12 bulan kedepan.

Jika kopetitor hanya mengandalkan senjata yang sama dengan pilpres sebelumnya, maka akan sulit memunculkan figus kuat yang bisa melawan jokowi. Jkw bisa saja kalah kalau elektabilitasnya mentok diangka 50 % dan ada tokoh baru yang "tiba-tiba" muncuyl dengan tingkat keterpilihan menyentuh angka 40 %, tetapi siapa tokoh sakti yang mampu meraih simpati publik sehebat itu hanya dalam waktu 12 bulan? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun