Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pahing Pon Wage Kliwon Legi Teruslah Wahing

29 November 2020   08:54 Diperbarui: 29 November 2020   09:13 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gabah Ketan Hitam - olahan pribadi

Tuhan sedang mengambil satu penyakit dan menggantinya dengan penyakit yang lain. Menurut saya itulah fenomena yang tengah terjadi dalam beberapa bulan ini. Seseorang menyampaikan kepada saya awal-awal mulai mewabah Corona, kata simbah-simbah dahulu, orang yang tidak pernah wahing (bersin) dalam empat puluh hari itu memberi tanda orang yang sudah dekat-dekat dengan kematian.

Saat itu kami berdua tertawa. Tidak untuk menertawakan apapun, hanya gojekan biasa acapkali berjumpa.

Bulan demi bulan berganti, dan musim pancaroba datang lagi. Dari kemarau ke penghujan, dari situasi gersang kemudian wabah air melanda hinggu siklus badai taufan. Banyak hilang jiwa karena bencana, juga penyakit tanpa gejala. Sore sakit sore mati, pagi sakit pagi mati.

Semua luput memperhatikan, kecuali Corona. Padahal musim peralihan biasanya membawa dampak banyak flu pada siapa saja. Namun hampir pasti dalam beberapa bulan ini kita jarang mendengar ada orang terserang flu, atau wahing sebagai pengiring gejalanya. Atau bisa jadi ketakutan akan Corona membuat orang takut flu, lalu rencana periksa kesehatan menumbuhkan trauma takut-takut kena klaim Covid 19 Corona.

Sekitar setengah bulan lalu saya bertemu sahabat kiai muda yang juga sering dimintai tolong soal pengobatan. Kata dia, dalam beberapa bulan terakhir tak kurang dari tiga ratus orang telah datang meminta pertolongannya. Keluhan sebagian besarnya sama, hilangnya indra perasa.

Cerita yang nyambung. Tetapi kali ini kami berdua tidak ada yang tertawa.

Pagi hari saat saya dan istri pulang dari sawah dan mendengar ibu mertua wahing saya baru tertawa. Ketika ibu mertua bertanya kenapa tertawa, saya menjawabnya Pahing Pon Wage Kliwon teruslah wahing, dan semoga Allah memberi kita usia yang panjang untuk bisa terus mengurus sawah ladang dan seluruh keluarga kita. Aamiin.

Pada segala peristiwa yang kami tiada mengetahui hakikatnya, sungguh kami memohon perlindungan kepada-Mu Yaa Allah. Lindungilah kami dan sesungguhnyalah kami bersandar pada belas kasih-Mu.

Gusblero, 29 November 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun