Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

KPUD "Bermain" atau "Biasa Saja"?

3 November 2020   12:04 Diperbarui: 3 November 2020   12:12 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk pertigaan Longkrang Wonosobo-dokpri

Baliho dekat jembatan Siwatu Wonosobo-dokpri
Baliho dekat jembatan Siwatu Wonosobo-dokpri
Baliho depan kantor KPUD Wonosobo-dokpri
Baliho depan kantor KPUD Wonosobo-dokpri
Setelah kasus Wahyu Setiawan anggota KPU Pusat terbongkar, saya pikir akan ada perbaikan kinerja lebih baik dalam tubuh lembaga komisioner itu. Namun sekian bulan dari kasus tersebut, kita tak melihat spirit perubahan menuju pelayanan prima dalam tubuh lembaga itu.

Jelang Pilkada 2020 di Kabupaten Wonosobo, seperti umumnya momen Pilkada dengan banyak Alat Peraga Sosialisasi bertebaran di mana-mana, ada yang membuat saya bertanya-tanya. Apakah KPUD Wonosobo kali ini pun juga ikut-ikutan 'bermain', 'sekadar bermain-main', ataukah sesuatu yang menurut mereka 'biasa saja'?

Pertanyaan ini menjadi penting, disebabkan pada Alat Peraga Sosialisasi terkait Peserta Pilkada 2020 di Kabupaten Wonosobo, KPUD memberikan arahan yang sungguh 'tidak normal' secara redaksi.

Pada baliho dan spanduk produksi KPUD Wonosobo yang memuat Peserta Pilkada Wonosobo 2020 di mana Kolom Kosong berada di sebelah kiri, dan Kolom Bergambar Pasangan Calon di sebelah kanan, KPUD mencantumkan kalimat "Coblos pada: Foto Pasangan Calon atau Kolom Kosong Tidak Bergambar".

Ini bukan sesuatu yang main-main. Penyebutan tak berurut itu, secara ilmu psycho, tindakan KPUD 'bisa dianggap' tengah mencoba mempengaruhi alam bawah sadar masyarakat dengan mengarahkan penekanan terhadap kalimat pertama "Coblos pada Foto Pasangan Calon", yang penyebutan urut mestinya "Kolom Kosong Tidak Bergambar" lebih dulu.

Sebagai orang yang buta huruf soal politik, dalam bahasa masyarakat awam seperti saya, itu adalah sesuatu yang sangat sensitif menimbulkan masalah dikemudian hari dengan potensi persoalan atau bahkan kerawanan yang bisa apa saja. Setidak-tidaknya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga komisioner seperti KPU kemudian dipertanyakan lagi kredibilitasnya.

Saya sangat bisa memaklumi saat dulu kasus Wahyu Setiawan bergulir, perasaan publik campur aduk antara marah, mual, muntah, atau merasa taek lah. Ditengah harapan kita untuk terus berproses mematangkan demokrasi dengan saling memberikan edukasi, saya sungguh berharap tak ada lagi ruang bocor yang kemudian bisa ditangkap publik sebagai penyakit yang susah disembuhkan tatkala kita tengah berjuang bersama menciptakan penyelenggaraan event demokrasi yang jujur, langsung, dan berkeadilan.

Sudut Pasar Wonosobo, 3 November 2020

Gusblero

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun