Mohon tunggu...
M.G Adib
M.G Adib Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

nyepi di gusadib.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Banyuwangi, Surabaya dan Jakarta

28 Desember 2016   13:36 Diperbarui: 28 Desember 2016   13:48 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teluk Ijo Banyuwangi (via boombastis.com)

“Mengembangkan daerah bukan hal yang mudah!”

“Akankah daerah mampu?”

Begitu kiranya pernyataan dan pertanyaan yang sering saya terima ketika berdiskusi dengan aparatur pemerintahan di daerah. Ada rasa pesimis dan keraguan yang tinggi di dada mereka. Bahwa kemajuan adalah hal yang hampir mustahil terjadi di daerahnya. Bahwa pembangunan daerah itu dengan yakin tak akan pernah mereka lihat. Ada pula yang lebih –serius- menyedihkan dengan nada gurauan berujar “yang penting itu majuin diri sendiri mas, itu yang wajib”.

Biasanya saya hanya tersenyum kalau sudah mendapati jawaban-jawaban seperti itu. Sambil melanjutkan pembicaraan saya yang masih penasaran terus ngulik apa yang mencetak pikiran-pikiran pesimis itu. Saya yang tidak mengerti ilmu sosiologi dan psikologi menerka jawaban mereka dengan analisis paling sederhana dan lebih menfokuskan diri pada faktor eksternal. Karena selama ini saya yakin –entah benar entah salah- faktor ekternal manusia dominan menentukan pikiran dan tindakan mereka (maksud saya faktor orang lain)

Jawaban yang saya dapat adalah faktor kepemimpinan. Saya lupakan semua faktor eksternal lain. Struktur organisasi, model kerja, kekuatan anggaran, kekayaan sumber daya alam daerah dan faktor eksternal lain. Saya menemukan kepemimpinan adalah faktor utama dan kunci. Faktor esktenal yang lain dapat dibentuk dengan kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh para kepala daerah.

Banyuwangi, Surabaya, dan yang fenomal Jakarta masing-masing telah membuktikan perubahan dan pembangunan daerah (Kabupaten, Kota dan Provinsi) yang ketiganya mewakili komitmen yang tinggi dari Kepala Daerah untuk berjuang melawan –pikiran pesimis – ketidakberdayaan daerah dan perbaikan tata kelola keuangan daerah.

Mari lihat lebih dekat (gak deket-deket amat sih)

Banyuwangi selama kepemimpinan Pak Azwar Anas beberapa tahun terakir ini sudah membentuk kekuatan utama daerahnya di sektor pariwisata. Gebrakan Pak Bupati dengan menyelenggarakan puluhan festival di daerahnya sangat apik. Sayang saya belum sekalipun menikmatinya L (Minimal udah di youtube ya). Eventnya banyak yang berskala international seperti Tour de Ijen dan Banyuwangi Int BMX. Tahun 2016 ini saja ada 53 festival. Ya kalau dirata-rata seminggu sekali. Akuntabilitas dan tranparansi APBDnya bagus. Desanya aja udah pakai aplikasi pengelolaan APBDes sebelum ada Siskeudes. APBDnya meningkat dengan Intensifikasi pendapatan daerah dari wisata yang besar.

Kalau Surabaya sudah semakin indah dengan taman –taman resiknya. Saya pribadi sering memanfaatkanya, kadang untuk nongkrong atau sekedar jalan-jalan. Surabaya juga salah satu project city yang proses anggaran APBDnya full elektronik. Akuntabilitasnya sangat baik. Bahkan sistem anggaran elektroniknya akan digunakan –dihibahkan oleh surabaya – untuk 30 daerah lain di indonesia melalui MOU yang dilakukan beberapa waktu lalu dengan KPK. Surabaya sejak 2004 sudah mendesain sistem elektronik dalam pengelolaan anggaran dan keuangan secara umum di pemerintahannya. Musrenbang daerahnya bahkan dimulai dari tingkatan RW dengan sistem elektronik. Selain itu beberapa tahun belakangan –sekitar 4 tahun lebih – surabaya sudah lebih sedikit banjirnya. Walaupun belum di semua wilayahnya bebas banjir.

Bu Risma sang walikota masuk daftar 50 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Fortune pada 2015. Peraih Bintang Jasa Utama dari Pak Presiden Jokowi. Pada tahun yang sama juga merupakan wali kota terbaik ketiga versi World City Mayors Foundation. Keren kan?

Kalau Jakarta mirip gudang masalah. Segala jenis masalah ada. Sebut saja masalah daerah yang anda ketahui dan anda akan menemukan semuanya. Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tampaknya sudah lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun