Mohon tunggu...
Yoyok Suharto SE MM
Yoyok Suharto SE MM Mohon Tunggu... Motivator dan Life Coach -

Yoyok Suharto adalah seorang motivator yang mengkhususkan pada bidang Harmonisasi Kerja para pegawai dan persiapan Pensiun Bahagia, Selain sebagai Motivator, Yoyok Suharto adalah seorang Master of Spiritual Life serta pengusaha Batik Kumoro Joyo yang beralamatkan di jalan lowanu No. 8 Yogyakarta. Yoyok Suharto juga merupakan seorang pengasuh Majelis Ta'lim Al Furqon Yogyakarta serta sebagai pengasuh komunitas Suluk Sastra Gending Mataram. Disela sela kesibukannya selalu menyempatkan waktu untuk menulis artikel yang berkaitan dengan pembentukan karakter Manusia untuk menjadi pribadi yang lebih mulia. Yang saat ini dapat diakases melalui website www.yoyoksuharto.com .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa Ramadhan Merupakan Refleksi Nafsu Mutmainah (Part 2)

26 Mei 2018   05:00 Diperbarui: 26 Mei 2018   10:26 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

* Mata: Indera penglihatan kita  ini di bulan ramadhan sangat bisa kita kendalikan, sehingga mata benar-benar hanya kita gunakan untuk melihat hal-hal yang positif serta membawa kemanfaatan bagi kehidupan.

*Mulut : Sebagai alat komunikasi dengan sesama.  Di bulan ramadhan ini lebih banyak kita pergunakan hanya untuk berkomunikasi dengan baik dan digunakan lebih banyak berdzikir kepada Allah.  Kebiasaan-kebiasaan berbicara yang tidak bermanfaat harus ditinggalkan, sehingga kita sebagai hamba Allah sangat bisa merasakan dan menempatkan mulut kita hanya untuk hal-hal yang bermanfaat dan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

* Hidung : juga sangat bisa kita kendalikan, yang biasanya kita ingin tau tentang orang lain, dibulan ramadhan ini, kita sangat  focuskan pada diri sendiri dan  tidak begitu pusing dengan prilaku orang lain.

* Kulit atau alat raba :  juga sangat terasa bisa kita kendalikan dengan baik  sehingga  habits  panca indra sangat terasa sekali perubahannya dalam kehidupan kita di bulan ramadhan ini.

2. Pikiran : Selama bulan ramadhan,  pikiran kita tidak hanya untuk berpikir tentang duniawi saja, namun lebih  banyak  kita gunakan untuk meningkatkan nilai-nilai ibadah seperti menambah wawasan keilmuan dengan membaca buku-buku yang menceritakan tentang nilai-nilai ibadah. Selain itu pikiran kita jaga agar selalu berfikir jernih dan positif sehingga  ibadah kita selalu mendapatkan ampunan dan berkah  dari Allah SWT.  Pikiran sebaiknya lebih banyak kita gunakan untuk memikirkan tentang perbaikan diri kita dengan cara melakukan muhasabah terhadap perilaku kita yang harus segera diperbaiki agar kehidupan kita benar-benar berarti, baik untuk  kehidupan dunia maupun akhirat.

Pikiran yang biasanya liar, di bulan Ramadan ini lebih banyak terkendali dan banyak di manfaatkan untuk mencari pengetahuan agama serta  memikirkan kebesaran Allah SWT. Banyak merenungi kesalahan yang pernah kita perbuat dan berpikir  mencari jalan terbaik untuk memperbaikinya.

3. Jiwa atau nafsu  : yang selalu berada dalam diri kita, di bulan ramadhan ini harus  lebih banyak di kendalikan supaya tidak selalu  marah-marah, kecewa, jengkel, benci dan dendam.  Semua nafsu yang buruk harus  ditekan pada bulan ramadhan ini, agar dapat  lebih banyak menggunakan nafsu lauwamah, nafsu supiah dan nafsu mutmainah.

Pengendalian hawa nafsu selama bulan ramadhan sangat terasa bagi kita yang benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan penuh keihklasan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.  Dengan secara total kita mengendalikan hawa nafsu di bulan ramadhan ini, maka  perwujudan nafsu lauwamah dan nafsu mutmainah sangat bisa teraplikasikan.  

Melalui proses puasa bulan ramadhan jiwa kita penuh gairah untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah  dengan penuh kerendahan hati, tidak sombong, tidak riya dan tidak arogan. Betapa dahsyatnya Allah memberikan kesempatan kepada  kita untuk selalu berpuasa sebulan penuh di bulan ramadhan ini, agar kita semua benar-benar bisa mengaplikasikan nafsu mutmainah (jiwa yang tenang) dan mendapatkan keridhoan dari Allah karena hati kita benar-benar tulus dan ikhlas dalam menjalankan ibadah puasa. 

"Betapa indah dan mulianya nafsu mutmainah (jiwa yang tenang), apapun yang dilakukan selalu dengan pengendalian pikiran,  jiwa dan hati yang benar-benar tenang dan penuh dengan  kasih sayang".

4. Hati: Merupakan singgasana jiwa tentu memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan, bila hati kita selalu disinari dengan cahaya Al Qur'an maka  segala perilaku kita akan mengarah pada kebaikan dan kemuliaan hidup.  Saya sudah menyebutkan diatas bahwa di dalam diri kita ada jiwa yang buruk, dan ada jiwa yang baik. Oleh sebab itu bila jiwa yang buruk duduk atau bertahta pada hati yang  buruk maka  akan menjadi manusia yang sangat buruk dan jauh dari nilai-nilai agama dan kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun