Mohon tunggu...
RAMDAN SANI
RAMDAN SANI Mohon Tunggu... Guru - Pojok Pembelajaran Sepanjang Hayat

Guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Abdi Setia Berkurban Dalam Rasa

19 Juli 2021   22:18 Diperbarui: 19 Juli 2021   23:52 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksi Idul Adha

     ABDI seorang yang taat pada keyakinannya. Dia seorang lelaki yang setia akan istrinya di perjalanan perkawinan yang hampir mencapai 20 tahun segala keinginannya sudah terpenuhi, mulai dari istri yang baik. Rumah mewah, kendaraan, pekerjaan dan status sosial yang mapan. 

KERINDUAN...

     Tapi dalam perjalanan perkawinannya dia dan istrinya mengharapkan kelahiran seorang putra, sangat sulit karena usia sudah tidak muda lagi.

     Hari demi hari pasangan suami istri itu menikmati hari dengan bekerja, kemudian di sela sela aktivitas pekerjaan di hari minggu atau hari libur selalu mencari cara untuk mengisi hari dengan liburan. Bali, Borobudur, Bunaken, Pulo maldiv dan wisata lainnya baik dalam maupun luar.

      Tapi setelah perjalanan wisata dan sampai ke rumah ketika malam datang, di tengah keheningan di bawah sinar bulan termenung  meratapi nasib. Kenapa hal mudah bagi orang lain untuk memperoleh turunan sebagai penerus generasi sangat sulit sekali, kadang ada yang menyia nyiakan turunannya dengan membuang anaknya padahal bagi dia anak merupakan hal yang sangat sulit untuk diperoleh. 

KEBAHAGIAAN...

      Hal yang sangat menyakitkan tapi kadang orang lain tidak menyadarinya ialah pertanyaan "sudah berapa putramu di" aku jawab belum, mereka bilang kurang tajam kamu di, sambil mereka tertawa, dan akupun tertawa bersama mereka, tapi mereka tidak tau di ujung kedalaman hatiku aku menjerit. Menangisi hampa hatiku akan keinginan memiliki seorang putra.

     Mujizat terjadi, Istriku hamil. Abdi dengan istrinya bersuka cita akan berkah tak terhingga yang diberikan sang kuasa. Setiap minggu dengan rutin selalu kontrol ke dokter kepercayaan yang begitu telaten merawat istriku. 

     Karena sudah sering kali datang ke tempat praktek nya, sering kali mengobrol disela waktu pemeriksaan dengan dokter favorit istriku, terhenyak ternyata suami istri keduanya dokter kandungan tapi di vonis tidak bisa memiliki seorang putra. kenapa dok, itu spontan yang keluar dari mulutku tanpa terbendung. 

     Aku menyesal sebetulnya sampai keluar pertanyaan yang seperti itu, mengingatkan jeritan hatiku ketika di tanya  sudah punya putra belum. Untungnya dokter kesayanganku ini begitu bijak walau aku tau dia mengetahui penyesalan sampai keluar pertanyaan seperti itu. 

      Dia tersenyum sambil berkata,  perjalanan proses kandungan sangat luar biasa sampai sekarang belum ada yang mampu menemukan jawabannya bagaimana dalam jangka waktu yang sangat singkat. Sembilan bulan tercipta kehidupan. Manusia tak berdaya hanya mengikuti proses penciptaan dari zigot sampai ke jabang bayi. Lahir

      Kebahagian kami tak terbendung walau sepulang dari tadi siang mengobrol dengan dokter favorit istriku. Hatiku terenyuh membayangkan setiap hari beliau membantu merawat yang mengandung dan membantu persalinan melihat orang lain bahagia menyambut kelahiran putra-putra mereka. Sedangkan mereka tidak tau dokter yang membantu persalinannya sangat merindukan seorang putra.

KESEDIHAN...

     Bulan pertama kebahagiaan kandungan istriku. Hari demi hari di jalani dengan kebahagiaan, bulan kedua dilewati dengan suka cita. Di bulan ketiga di bulan november, bagai diselimuti kabut gelap ketika pagi hari istriku menangis, aku kaget kenapa yang terjadi, ternyata ada flek.

      Aku yang awam dan istriku juga tanpa menunggu langsung ke dokter. Disana ketemu dengan dokter yang biasa menangani. Terlihat murung. Menginap dulu harus full bedrest. Kulihat istriku di pembaringan rumah sakit sambil menatap ku cemas. 

     Keesokan paginya ketika aku baru sampai di kantorku setelah semalaman di rumah sakit. Ada telepon dari rumah sakit bahwa istriku harus menjalankan operasi. Kepalaku langsung gelap.  Sekian detik dunia serasa berputar, hatiku hampa...

      Di rumah sakit aku ditemui dokter pribadi. Janin tidak berkembang makanya harus di keluarkan dengan cara di operasi. Walau di kantor aku sudah menyiapkan diri setelah mendengar berita itu kakiku lemas aku duduk ter hempas. Yang sabar, ya. Bapak Abdi. Itu suara dokter yang aku dengar sayup sayup...

BERSERAH DIRI

      Hampir satu jam lebih menunggu proses operasi. Terduduk aku disamping Pembaringan istriku yang masih termenung lemas, hening kami terdiam pikiran dan hatiku mungkin seperti hati dan pikiran istriku menerawang hampa entah dimana. 

    Tiba tiba di keheningan sayup sayup terdengar suara takbir Idul Adha yang selama ini kami lupakan. Terdengar meresap kedalam jiwa. 

    Terbayang orang pilihan  yang mengharapkan seorang putra, ketika  telah dikaruniai  putra. Beliau diminta untuk menyembelih putranya sebagai tanda bahwa hanya ada tuhan di hati tidak ada yang lain.  sebagai simbol kurban, penyerahan diri Pada-NYA.

SUKACITA...

     AYAH...AYAH...AYAH...lamunan sadar ketika kulihat  dua anak kecil yang satu berumur 4 tahun, yang satu 3 tahun berlari kearah ku tanpa memakai alas kaki di pasir pantai. Ku sadar ternyata aku sedang di pantai Kuta bersama istri SETIA dan anak anakku. Terima kasih Tuhan.

, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun