Mohon tunggu...
Cak Kartolo
Cak Kartolo Mohon Tunggu... -

Iklan rokok membuat masyarakat kita permisif terhadap asap rokok. Pendukung gerakan anti-JPL (Jaringan Perokok Liberal). Penggagas hash tag #buangsajarokokmu

Selanjutnya

Tutup

Money

SEMOGA AMAL SOLEH RAKYAT INDONESIA DITERIMA GUSTI ALLAH. AMIN!

2 Juni 2015   16:53 Diperbarui: 13 Juli 2015   22:54 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14332386891497828238

[caption id="attachment_421847" align="alignleft" width="300" caption="Sokoguru Ekonomi Indonesia?"][/caption]

 

Link berita di bawah ini wajib dibaca. China aja yang ngekspor mbakonya ke Indonesia gak kira2 karena skala pertanian mbako mereka juga luas (baca: kecilnya mereka, buat RI besar banget!), menerapkan aturan larangan merokok yang tegas dan keras. China gak mau maju tapi penduduknya penyakitan. RI karena pejabatnya lemah dan mudah diatur2 oleh industri rokok, akan jadi korban dari ekspansi mbako impor dari China. Penurunan jumlah konsumen rokok di China dalam 10 tahun ke depan akan dapat mengakibatkan over-supply mbako dalam negeri mereka. Kelebihan pasokan ini harus tersalurkan, dan kayaknya RI adalah tempat penyaluran syahwat, eh mbako yang empuk dan gurih, karena jumlah penduduknya tambah banyak, masih muda2 dan ya itu ... bego2 krn mudah dihasut sama iklan rokok.

Kalo diperhatikan posisi rakyat RI yang sebanyak 67 juta perokok itu gini. Rokok yang mereka hisap itu praktis rokok impor, karena total impor mbakonya >50% dari total kebutuhan, beli dari China. Filternya yang dibilang orang Belanda bahannya terbuat dari babi itu juga kebanyakan impor. Terus perokok itu mbayar cukai masuk APBN sebanyak 100-an triliun, ini yang ditilep sama industri rokok diperkirakan bisa mencapai 10-15%, krn jual rokok tanpa cukai atau cukai palsu alias selundupan. Duit dari sini buat mbiayai sogokan dan suap ke pejabat2 kita: DPR, birokrasi, pejabat partai, eksekutif di daerah2 sentra produksi, dll. Dari cukai dikenakan pajak daerah sebesar 10% yg dibagi2 ke daerah2 yang terdampak rokok, karena ada daerah sentra rokok yang jadi sumber penyakit malah dapat pendapatan lebih sementara daerah yg gak produksi rokok malah penduduknya belanja rokok dan penyakitan, PAD-nya dibakar untuk pendapatan bagi daerah lain. Industri rokok sendiri dari hulu ke hilir, bayar pajaknya total cuma sekitar 35-an triliun dari total target penerimaan pajak yang mencapai 980 triliun thn 2014, alias gak sampe 5%. Sementara jenis industri lain membayar pajak lebih besar lagi, seperti pertambangan, pertanian (sawit, karet, dll), otomotif, elektronik, dll. Sementara itu industri rokok membagi dividen alias bagi2 keuntungan kpd pemegang saham (PM, BAT, JT, dll) yang kemudian disetor ke negaranya masing2 sbg pendapatan perusahaan mereka yg kemudian dikenakan lagi pajak di negaranya.

*****

Sementara itu di dalam negeri, industri rokok menekan harga di tingkat petani tembakau dan menggaji murah buruh linting. Jadi praktis kegiatan merokok itu benar2 penghisapan bagi pertama perokok itu sendiri, kedua petani tembakau dan buruh linting. Ini belum termasuk itung2an biaya kesehatan yang timbul ketika mereka atau orang lain di sekitar mereka penyakitan di usia yang masih relatif muda dan produktif. Tidak berlebih jika saya katakan kegiatan merokok adalah representasi penghisapan manusia atas manusia lain yang dilakukan secara vulgar dimana - lucunya - korbannya tertawa2 gembira. Sudah begitu produknya impor pula - ngabisin devisa negara - plus bayar pajak dan cukai di tingkat lokal. Ditambah lagi merokok adalah ladang ibadah sedekah karena ngasih dividen plus pajak kepada negara asing yang jauh lebih kaya dan makmur daripada negara kita.

Saya yakin rencana China untuk menurunkan jumlah perokok bakal terwujud dalam waktu yg tidak terlalu lama, mungkin kurang dari 10 tahun bisa putus itu separohnya! Karena apa? Karena pemerintah China itu rada2 otoriter sehingga dalam hal penegakan aturan publik seperti larangan merokok ini bisa lebih dipatuhi oleh warganya. Beda dengan di RI, aturan sudah dibuat, tapi penegakan hukumnya lemah syahwat. Nafsu besar tenaga kurang. Selevel menteri bahkan bisik2 kepada Menkes supaya jangan keras2 kalo urusannya mbako. Yang bisik2 ini padahal mantan tentara. Koplak kan? Ngaku aja jagoan, padahal jiper dia sama tekanan pengusaha. Jadi yang ngasih contoh untuk melanggar peraturan itu ya level elitenya juga, gimana warga negaranya mau ikutan patuh?

*****

Jadi bersyukurlah China bukan negeri yang demokratis2 amat, gak seliberal kita ekonominya. Tapi walaupun begitu, kalo urusan duit China gak kalah sama negara2 maju lainnya. Agresif. Dan itu sudah terbukti, neraca perdagangan kita sama China njomplang alias defisit 13 miliar USD atau minus senilai Rp 150 triliun. Lebih gede impor daripada ekspornya. Sementara di dalam negeri, rakyat RI yang lebih melarat ini malah membakar uang sebesar Rp 350-an triliun. Lha gimana gak tambah melarat kalo gini caranya? Tapi dasar rakyat RI ini memang kaum religius yang suka beramal soleh, sehingga mereka rela membakar duit segitu demi kesejahteraan rakyat negeri lain yang jauh lebih kaya, kayak China, AS, Inggris, dll.

Lanjutkeun!

 

http://www.theguardian.com/world/2015/may/31/last-cigarette-beijing-stubs-out-public-smoking-from-monday?CMP=Share_AndroidApp_WhatsApp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun