Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Revolusi untuk Kesadaran Lingkungan

29 Juli 2016   05:17 Diperbarui: 29 Juli 2016   06:55 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kopi Sigarar Utang di Desa Nalela, Tobasa, Sumut

Kesadaran lingkungan merupakan perilaku tertinggi  yang diharapkan dalam rangka menyelamatkan bumi dari pemanasan global (global warming). Kesadaran itu dimulai dari diri sendiri, keluarga, komunitas,  satu negara, regional antar bangsa  dan seluruh warga manusia di kolong langit ini.  Jika semua penghuni kolong langit ini memiliki kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam keberlangsungan hidup, maka tidak akan terjadi pemanasan global (global warming). Diharapkan seluruh warga bumi menyadari bahwa kita tinggal di satu bumi.

Kesadaran lingkungan itu dimiliki nelayan di  Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur (Kompas, Kamis 26/05/2016), Sayangnya, kesadaran lingkungan itu muncul  setelah nelayan semakin sulit mencari ikan.  Sukirno (41), warga nelayan Pantai Bangsring merusak laut dengan potas atau racun sebelumnya. Kini, mereka melakukan penebusan dosa dengan cara konservasi. Tidak hanya konservasi, nelayan Pantai Bangsring melakukan pendidikan maritim kepada anak-anak di sekolah-sekolah.  Sukirno dan teman-temannya memperbaiki terumbu karang dengan melakukan pencangkokan terumbu karang.

Dampak dari kegiatan  nelayan Pantai Bangsring  setelah memiliki  kesadaran lingkungan adalah   lambat laun  mereka beralih dari usaha menangkap ikan  ke usaha wisata. Sebab, ekosistem terumbu karang  sangat cocok dijadikan  usaha wisata. Walaupun  persoalan ekonomi nelayan Pantai Baringsing berangsur pulih, tetapi konsumen ikan yang selama ini mengkonsumsi ikan yang  berasal dari   Pantai Bangsring tetap  tidak dapat menikmati  ikan. Inilah dampak sebab akibat  dari lingkungan yang sempat rusak.  Semuanya menimbulkan sebab akibat.  Walaupun berdampak konsumen akan  kekurangan ikan, itu hanya sementara,  kelak  pengalihan terumbu karang di Pantai Bansring menjadi usaha wisata otomatis pertumbuhan jumlah ikan akan terus bertambah. Pada titik tertentu, ekosistem di pantai Bangsring akan kembali kepada keadaan semula sebelum terjadinya penangkapan ikan dengan cara potas atau racun.  Usaha wisata pariwisata terumbu karang inilah yang disebut pembangunan yang selaras dengan alam atau dengan kata lain disebut pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Di hari lingkungan hidup  5 Juni 2016 ini,   kita dapat belajar dari kesadaran lingkungan nelayan Pantai Bangsring. Kesadaran lingkungan itu harus dimiliki semua kalangan seperti siswa, mahasiswa,  pengusaha, intelektual, pedagang, rohaniawan,  petani, nelayan,  birokrat,  politisi, desainer, arsitektur, dokter, perawat, masyarakat umum dan semua komponen bangsa.

Kesadaran lingkungan yang diharapkan dari seorang  sarjana yang baru lulus misalnya,  dalam memilih pekerjaan  sejatinya memikirkan apakah pekerjaan yang akan dimasukinya ramah lingkungan atau tidak. Seorang sarjana perikanan dan kelautan tidak akan mau bekerja di perusahaan Keramba Jaring Apung (KJA) karena Sarjana Perikanan dan Kelautan mengetahui dampak KJA akan merusak masa depan  ekosistem perairan seperti danau, waduk, dan Situ. KJA tidak cocok dikembangkan di Danau, Waduk, dan Situ karena   akan merusaka ekosistem. 

Seorang Sarjana Perikanan dan Kelautan  tidak hanya mempertimbangkan kelayakan  upah dari perusahaan dan pertimbangan kelayakan  Ilmu Bididaya Perairan. Tetapi cara berpikirnya mengutamakan masa depan lingkungan.  Demikian juga Sarjana Kehutanan tidak akan bersedia bekerja di perusahaan yang memanfaatkan hutan dengan cara-cara yang tidak benar.  Jadi, seorang sarjana pencari kerja tidak akan memberikan lamaran pekerjaan ke perusahaan yang tidak peduli lingkungan.  Demikian juga sarjana yang baru lulus yang hendak berwira usaha akan membangun usaha yang ramah lingkungan.  Kesadaran lingkungan ini harus dimiliki sarjana dari seluruh disiplin ilmu. Dengan demikian kontribusi para sarjana yang baru lulus berpengaruh nyata terhadap masa depan lingkungan kita.

Pengusaha juga harus memiliki kesadaran linkungan yang tinggi. Pengusaha yang selama ini berorientasi laba harus mengubah paradigma.  Pengusaha harus menyadari bahwa usaha yang hanya berorientasi untung akan mengalami kesulitan seperti yang dialami nelayan Pantai Bangsring. Nelayan Pantai Bangsing kesulitan mendapatkan ikan karena perilaku mendapatkan ikan dengan potas dan racun  sebelum memiliki kesadaran lingkungan. Pengusaha yang pragmatis  yang  motivasinya hanya demi uang selama ini juga kelak akan mengalami  kesulitan.  

Pengusaha pengembang misalnya, jika dalam pembebasan tanah untuk usaha perumahan  dilakukan dengan pendekatan kekuasaan dan mengabaikan hak-hak penduduk lokal dan perizinan yang direkayasa, kelak akan mengalami kesulitan.  Karena kesalahan  itu bisa terungkap dikemudian hari. Jangan heran jika pengembang ada yang diperhadapkan dengan hukum dikemudian hari.  Jika kita melihat cara-cara pengembang untuk mendapatkan tanah untuk pengembangan perumahan  saat ini seringkali tidak manusiawi. Masyarakat yang tidak menjual tanahnya tidak sesuai keinginan harga pengembang akses ke rumah mereka ditutup. Tindakan  ini melebihi kejahatan penjajah di masa sebelum kemerdekaan tahun 1945. 

Dalam konteks kejahatan pengembang ini pemerintah tidak hadir. Lebih mengerikan lagi, mengapa pemerintah memberikan izin kepada pengembang yang merusak akses jalan kepada masyarakat?.  Inilah buktinya bahwa pengusaha perumahan  seperti di Kecamatan  Pagedangan, Kabupaten Tangerang  tidak memiliki kesadaran lingkungan. Begitu pula pemerintah Kabupaten Tangerang  sebagai pemegang kendali keadilan tidak memiliki kesadaran lingkungan. Semua berjalan demi uang semata.

Dalam tulisan ini, saya hanya memberikan contoh bagaimana cara kita agar sadar lingkungan. Semua komponen bangsa harus memiliki kesadaran lingkunga seperti nelayan di Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur.  Tidak perlu harus mengalami kesulitan nelayan Bangsring  baru memiliki kesadaran. Semua kita mengetahui akan dampak kegiatan kita terhadap lingkungan. Tetapi kita belum menyadari bahwa dampak dari kegiatan kita yang tidak ramah lingkungan akan menyulitkan kita secara bersama-sama. Oleh sebab itulah, kita menjadi sadar lingkungan seperti nelayan Bangsring.

Selain kesadaran lingkungan, di hari lingkungan ini  juga perlu disadari pentingnya kesadaran akan penegakan hukum. Faktanya selama ini, perusahaan yang tidak ramah lingkungan berjalan seolah-olah tidak ada masalah.  Lancarnya perusahaan yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan tidak ada pembelajaran akan kesadaran lingkungan bagi pengusaha yang membandal. Sejatinya, pengusaha yang membandal perlu diberikan hukuman dalam rangka menjadi pengusaha yang memiliki kesadaran lingkungan. Mereka perlu dihukum agar menyadari bahwa perusahaan yang ramah lingkungan akan memiliki masa depan yang hebat seperti masa depan nelayan Pantai Bangsring. Selamat hari lingkungan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun