Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dampak Sosial dan Ekosistem TMC di Danau Toba

4 November 2022   09:15 Diperbarui: 4 November 2022   09:22 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Toba (Dok Pribadi) 

Selama 2 minggu lebih saya mengelilingi Danau Toba  yang  cuacanya  tidak menentu.   Terik matahari menyengat di siang hari tiba tiba hujan rintik-rintik dan  angin  menusuk ke tulang.  Kawasan Danau Toba tidak biasa  seperti itu.  Cuaca di Kawasan Danau Toba biasanya bersahabat. Kalaupun  ada perubahan cuaca tidaklah  lama.    Rakyat banyak mengeluh karena sudah sebulan lebih cuaca tidak menentu. Rakyat merasa selama sebulan lebih cuaca merasa aneh. Mengapa cuaca di Kawasan Danau Toba  aneh?

Kaum ibu mengeluh   karena kainya di jemuran tidak kering karena  hujan rintik-rintik yang lama dan tidak beraturan. Di Balige  penjual makanan dan jajanan    dipinggir jalan mengeluh karena jualannya tidak laku.  Bahkan ada yang mengatakan anak-anak cukup banyak yang demam selama cuaca tidak  menentu.   Sengaja saya berkeliling di Kawasan Danau Toba dan melihat dari  gunung-gunung  melihat di Pangururan hujan lebat di Balige terik matahari.   Penyebaran hujan tidak jelas.

Dalam pencarian   atas jawaban cuaca yang tidak jelas saya ketemu dengan  ilmuwan  Badan Riset    dan Inovasi Nasional (BRIN), ternyata  mereka  sedang melakukukan   modifikasi cuaca sudah lebih  1 bulan.   Pegawai BRIN silih berganti  datang  dari Jakarta  untuk modifikasi cuaca.   BRIN melakukan modifikasi cuaca dengan menggunakan pesawat yang disewa.  

Ketika bertemu dengan pegawai BRIN   saya menanyakan   bahan kimia apa saja  yang digunakan dalam modifikasi cuaca?  Pegawai   BRIN menjelaskan  bahwa bahan yang ditembakkan ke  awan yang memiliki potensi hujan adalah garam  (NaCl).  Selama sebulan lebih berapa banyak garam atau bahan kimia lain yang ditabur?   Berapa kali kegagalan yang  dialami tim BRIN?  Pegawai BRIN enggan menjawab secara detail.

Saya melanjutkan pertanyaan tentang dampak   kandungan garam  yang ditebar terhadap  kandungan garam (salinitas) air  Danau Toba?   Apakah BRIN menghitung berapa   banyak maksimal kandungan garam yang dapat ditebar mengingat  pentingnya menjaga ekosistem Danau Toba dan dampaknya terhadap  pertanian penduduk di sekitar Danau Toba?  Apakah juga  mempertimbangkan dampak sosial?

Dampak sosial  yang terjadi adalah  pedagang  makanan dan jajanan di jalanan  tidak laku, anak sekolah pagi-pagi hujan-hujanan dan kadang pulang sekolah juga.  Dalam pengamatan saya selama 2 minggu lebih kehidupan masyarakat tidak jelas karena cuaca yang tidak jelas.   Bahkan mungkin banyak yang berdoa kepada Tuhan agar cuaca  membaik.  Bagaimana  Tuhan mengabulkan doa  agar  cuaca membaik   sementara BRIN bekerja memodifikasi cuaca?

BRIN memodifikasi cuaca dalam rangka meningkatkan   tinggi permukaan Danau Toba.    Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  PT. Inalum (Persero) membutuhkan   Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba untuk  Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang digunakan untuk peleburan Aluminium di  Kuala Tanjung,  Kabupaten Batubara, Sumatra Utara.  Selama ini persepsi publik PLTA  Asahan  yang digerakkan air Danau Toba itu  difungsikan untuk kebutuhan listrik  untuk rakyat, faktanya untuk  kebutuhan peleburan aluminium.

Sejak  Inalum dikelola oleh Jepang kritik terhadap Inalum adalah   Inalum tidak peduli dengan konservasi  hutan di kawasan Danau Toba. Berbagai konsep  konservasi telah disarankan agar seluruh hulu sungai yang  mengalir ke Danau Toba  dikelola dengan baik.  Salah satu konsep yang ditawarkan adalah  masyarakat di hulu sungai dan di sepanjang sungai dibina agar  menjaga hutan-hutan.  Dengan terjaganya hulu sungai maka siklus hidrologi Danau Toba terjaga  dengan baik.   Inalum sama sekali tidak pernah peduli dengan konservasi hutan yang   menjadi sumber air  untuk Danau Toba.  Padahal, siklus hidrologi menjadi kunci agar air sungai mengalir  secara stabil dan air permukaan Danau Toba pun stabil.

Ketika Inalum   membutuhkan  air Danau Toba untuk menggerakkan turbin maka yang dilakukan adalah  mengeruk Sungai Asahan dan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).    Saat ini TMC  dikuatirkan  akan mengganggu kesehatan  organisme  di Danau Toba dan sekitarnya. Muncul pertanyaan bagimana dengan  ikan-ikan di Danau Toba dengan TMC yang menggunakan garam? Bagaimana dampaknya terhadap ikan-ikan di  Danau Toba?

Di awal tulisan ini  saya sudah menyinggung dampak sosial  TMC   ke masyarakat sekitar dan TMC juga kemungkinan akan berdampak terhadap ikan, organisme lain dan mikro organisme di Danau Toba dan sekitarnya.  Pakar Biologi dari Bandung Nur Hendraya yang saya ajak ke Toba mengatakan , bahwa  dampak TMC dikuatirkan terjadi osmoregulasi  dalam tubuh ikan. Osmoregulasi merupakan salah satu  proses fisiologi   yang terjadi dalam tubuh ikan untuk mengontrol  konsentrasi  larutan dalam tubuh agar seimbang dengan lingkungannya.

Ketidakmampuan ikan dalam mengontrol keseimbangan osmotic dalam tubuhnya akan menyebabkan ikan stres  dan dapat  berakibat pada kematian ikan.   Air hujan yang mengandung garam  sebagai konsekuensi  dari TMC   sangat sulit diperkirakan.  BRIN sebagai pelaksana fokus kepada berhasilnya turun hujan untuk meningkatkan  tinggi permukaan Danau Toba.  Siapa yang bertanggungjawab atas dampak  sosial TMC ke masyarakat dan siapa yang bertanggungjawab atas dampak TMC ke ekosistem Danau Toba?

Hampir semua teknologi yang digunakan di negeri ini dengan mudah mengatakan  bahwa dampak kegiatan tidak berpengaruh nyata.  Walaupun sudah jelas selama sebulan cuaca tidak menentu yang mengakibatkan anak-anak demam.    Karena itu, perlu kita menyadari bahwa penggunaan TMC  cocok digunakan untuk  Kebakaran Hutan   yang memang   sangat diperlukan.

Jika kita menghitung dampak TMC  untuk tujuan  peningkatan air permukaan Danau Toba untuk kebutuhan Inalum dibandingkan dengan dampak sosial yang dialami oleh  masyarakat sekitar Danau Toba dan dampaknya terhadap   ekosistem Danau Toba  maka hampir dipastikan kerugian jangka panjang yang dialami  Danau Toba lebih besar.  Karena itu, Inalum tidak boleh egois  melihatnya.  Jika  Inalum mau air permukaan Danau Toba  meningkat maka hal yang dilakukan adalah   menjaga siklus hidrologi Danau Toba dengan  serius melakukan konservasi hutan di kawasan Danau Toba.

             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun