Selama 2 minggu lebih saya mengelilingi Danau Toba  yang  cuacanya  tidak menentu.  Terik matahari menyengat di siang hari tiba tiba hujan rintik-rintik dan  angin  menusuk ke tulang.  Kawasan Danau Toba tidak biasa  seperti itu.  Cuaca di Kawasan Danau Toba biasanya bersahabat. Kalaupun  ada perubahan cuaca tidaklah  lama.   Rakyat banyak mengeluh karena sudah sebulan lebih cuaca tidak menentu. Rakyat merasa selama sebulan lebih cuaca merasa aneh. Mengapa cuaca di Kawasan Danau Toba  aneh?
Kaum ibu mengeluh  karena kainya di jemuran tidak kering karena  hujan rintik-rintik yang lama dan tidak beraturan. Di Balige  penjual makanan dan jajanan   dipinggir jalan mengeluh karena jualannya tidak laku.  Bahkan ada yang mengatakan anak-anak cukup banyak yang demam selama cuaca tidak  menentu.  Sengaja saya berkeliling di Kawasan Danau Toba dan melihat dari  gunung-gunung  melihat di Pangururan hujan lebat di Balige terik matahari.  Penyebaran hujan tidak jelas.
Dalam pencarian  atas jawaban cuaca yang tidak jelas saya ketemu dengan  ilmuwan  Badan Riset   dan Inovasi Nasional (BRIN), ternyata  mereka  sedang melakukukan  modifikasi cuaca sudah lebih  1 bulan.  Pegawai BRIN silih berganti  datang  dari Jakarta  untuk modifikasi cuaca.  BRIN melakukan modifikasi cuaca dengan menggunakan pesawat yang disewa. Â
Ketika bertemu dengan pegawai BRIN  saya menanyakan  bahan kimia apa saja  yang digunakan dalam modifikasi cuaca?  Pegawai  BRIN menjelaskan  bahwa bahan yang ditembakkan ke  awan yang memiliki potensi hujan adalah garam  (NaCl).  Selama sebulan lebih berapa banyak garam atau bahan kimia lain yang ditabur?  Berapa kali kegagalan yang  dialami tim BRIN?  Pegawai BRIN enggan menjawab secara detail.
Saya melanjutkan pertanyaan tentang dampak  kandungan garam  yang ditebar terhadap  kandungan garam (salinitas) air  Danau Toba?  Apakah BRIN menghitung berapa  banyak maksimal kandungan garam yang dapat ditebar mengingat  pentingnya menjaga ekosistem Danau Toba dan dampaknya terhadap  pertanian penduduk di sekitar Danau Toba?  Apakah juga  mempertimbangkan dampak sosial?
Dampak sosial  yang terjadi adalah  pedagang  makanan dan jajanan di jalanan  tidak laku, anak sekolah pagi-pagi hujan-hujanan dan kadang pulang sekolah juga.  Dalam pengamatan saya selama 2 minggu lebih kehidupan masyarakat tidak jelas karena cuaca yang tidak jelas.  Bahkan mungkin banyak yang berdoa kepada Tuhan agar cuaca  membaik.  Bagaimana  Tuhan mengabulkan doa  agar  cuaca membaik  sementara BRIN bekerja memodifikasi cuaca?
BRIN memodifikasi cuaca dalam rangka meningkatkan  tinggi permukaan Danau Toba.   Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  PT. Inalum (Persero) membutuhkan  Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba untuk  Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang digunakan untuk peleburan Aluminium di  Kuala Tanjung,  Kabupaten Batubara, Sumatra Utara.  Selama ini persepsi publik PLTA  Asahan  yang digerakkan air Danau Toba itu  difungsikan untuk kebutuhan listrik  untuk rakyat, faktanya untuk  kebutuhan peleburan aluminium.
Sejak  Inalum dikelola oleh Jepang kritik terhadap Inalum adalah  Inalum tidak peduli dengan konservasi  hutan di kawasan Danau Toba. Berbagai konsep  konservasi telah disarankan agar seluruh hulu sungai yang  mengalir ke Danau Toba  dikelola dengan baik.  Salah satu konsep yang ditawarkan adalah  masyarakat di hulu sungai dan di sepanjang sungai dibina agar  menjaga hutan-hutan.  Dengan terjaganya hulu sungai maka siklus hidrologi Danau Toba terjaga  dengan baik.  Inalum sama sekali tidak pernah peduli dengan konservasi hutan yang  menjadi sumber air  untuk Danau Toba.  Padahal, siklus hidrologi menjadi kunci agar air sungai mengalir  secara stabil dan air permukaan Danau Toba pun stabil.
Ketika Inalum  membutuhkan  air Danau Toba untuk menggerakkan turbin maka yang dilakukan adalah  mengeruk Sungai Asahan dan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).   Saat ini TMC  dikuatirkan  akan mengganggu kesehatan  organisme  di Danau Toba dan sekitarnya. Muncul pertanyaan bagimana dengan  ikan-ikan di Danau Toba dengan TMC yang menggunakan garam? Bagaimana dampaknya terhadap ikan-ikan di  Danau Toba?
Di awal tulisan ini  saya sudah menyinggung dampak sosial  TMC  ke masyarakat sekitar dan TMC juga kemungkinan akan berdampak terhadap ikan, organisme lain dan mikro organisme di Danau Toba dan sekitarnya.  Pakar Biologi dari Bandung Nur Hendraya yang saya ajak ke Toba mengatakan , bahwa  dampak TMC dikuatirkan terjadi osmoregulasi  dalam tubuh ikan. Osmoregulasi merupakan salah satu  proses fisiologi  yang terjadi dalam tubuh ikan untuk mengontrol  konsentrasi  larutan dalam tubuh agar seimbang dengan lingkungannya.
Ketidakmampuan ikan dalam mengontrol keseimbangan osmotic dalam tubuhnya akan menyebabkan ikan stres  dan dapat  berakibat pada kematian ikan.  Air hujan yang mengandung garam  sebagai konsekuensi  dari TMC  sangat sulit diperkirakan.  BRIN sebagai pelaksana fokus kepada berhasilnya turun hujan untuk meningkatkan  tinggi permukaan Danau Toba.  Siapa yang bertanggungjawab atas dampak  sosial TMC ke masyarakat dan siapa yang bertanggungjawab atas dampak TMC ke ekosistem Danau Toba?
Hampir semua teknologi yang digunakan di negeri ini dengan mudah mengatakan  bahwa dampak kegiatan tidak berpengaruh nyata.  Walaupun sudah jelas selama sebulan cuaca tidak menentu yang mengakibatkan anak-anak demam.   Karena itu, perlu kita menyadari bahwa penggunaan TMC  cocok digunakan untuk  Kebakaran Hutan  yang memang  sangat diperlukan.
Jika kita menghitung dampak TMC  untuk tujuan  peningkatan air permukaan Danau Toba untuk kebutuhan Inalum dibandingkan dengan dampak sosial yang dialami oleh  masyarakat sekitar Danau Toba dan dampaknya terhadap  ekosistem Danau Toba  maka hampir dipastikan kerugian jangka panjang yang dialami  Danau Toba lebih besar.  Karena itu, Inalum tidak boleh egois  melihatnya.  Jika  Inalum mau air permukaan Danau Toba  meningkat maka hal yang dilakukan adalah  menjaga siklus hidrologi Danau Toba dengan  serius melakukan konservasi hutan di kawasan Danau Toba.
      Â