Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Polisi Ingin Kakimu Selamat maka Jangan Pakai Sandal Jepit

26 Juni 2022   18:13 Diperbarui: 26 Juni 2022   18:37 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com 

Anjuran polisi agar naik kendaraan  roda  dua tidak  memakai sandal jepit mendapat reaksi dari publik. Anjuran polisi itu muncul karena melihat data jumlah kecelakaan tertinggi adalah kendaraan roda dua. Tentu saja, polisi khususnya melihat secara langsung dampak dari   kecelakaan  roda dua yang pakai sandal jepit.  Mengapa  anjuran polisi yang sangat  mulia ini mendapat reaksi negatif  , dari pengendara roda dua?  

Reaksi  negatif  masyarakat ini dijawab polisi dengan mengoptimalkan media  konvensional dan media sosial (medsos)  untuk menjelaskan bahwa  mereka yang  pakai sandal jepit berkendara roda dua tidak ditilang.

Respon  publik yang negatif  terhadap anjuran polisi ini menunjukkan bahwa  masyarakat kita tidak rasional. Jika rasional, sejatinya kita berterima kasih kepada polisi karena peduli dengan kita.  Beberapa kali, saya melihat   kecelakaan yang kakinya  berdarah-darah karena pakai sandal jepit. Andaikan pakai sepatu, mungkin kakinya tidak akan berdarah tetapi sepatunya  mungkin  hanya robek saja.

Tahun 2010 di Bumi Serpong  Damai (BSD),  Tangerang Selatan, Banten,  saya ditabrak mobil dari belakang ketika saya naik sepeda motor. Saya hendak ke Legok, Kabupaten Tangerang Banten dari Jelupang Utara. Ketika itu saya berkendara dengan kecepatan 40 KM/Jam, tiba-tiba mobil menyalip saya ke kiri padahal saya sudah kasih tanda sein  ke kanan. Saya tertabrak  sehingga   kaki, tangan dan badan saya tergesek aspal.   

Saya beruntung karena pakai sepatu, helm standard,   baju dan jeket tebal,  dan celana panjang  tebal.   Telapak tangan terluka karena tidak pakai sarung tangan. Saya dilarikan ke Rumah Sakit (RS) terdekat dengan jeket, celana panjangku yang robek.  Siku tangan saya tergores di dalam,  dengkul juga tergores.  Sepatu saya robek padahal terbuat dari kulit asli.

Andaikan saya tidak pakai helm, jeket dan baju tebal,  juga celana yang tebal dan sepatu yang bahannya kulit maka  saya akan mengalami luka yang parah.  Sejak saya mengenal kendaraan sepeda motor  saya sangat disiplin  memakai helm, jeket tebal dan sepatu yang  tahan gores. 

Jika kita pakai sepeda motor maka wajib padanan dengan jeket khusus, sepatu khusus,  helm standard dan sarung tangan.  Kita wajib  memakai jeket panjang tangan dan  sarung  tangan yang dapat melindungi jari kita.

Kecelakaan Tidak  Tau Kapan Terjadi

Kita naik kendaraan selalu lengah  dengan berbagai alasan, salah satu  alasan bahwa kita berkendara karena jaraknya  dekat.  Padahal, kita tidak  mengetahui kapan kecelakaan itu terjadi. Bisa saja kecelakaan  terjadi persis di depan rumah kita. 

Karena itu jika kita berkendara roda dua maka wajib hukumnya kita  memakai padanannya yaitu   jeket tebal panjang tangan, helm, celana panjang tebal,  sepatu, dan sarung tangan. Bagaimana jika hanya dekat saja seperti belanja dekat rumah? Kalau mau belanja dekat rumah lebih baik jalan kaki atau naik sepeda saja.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun