Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Anak Menasehati Orangtua Agar Menghargai Proses

2 Januari 2022   05:23 Diperbarui: 2 Januari 2022   09:31 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang  ingin sukses dalam berbagai hal  tetapi   tidak   menghargai  prosesnya.  Mungkinkah seseorang  yang  pragmatis   akan meraih sukses dalam karir dengan perilaku pragmatis?   Ada kalanya seseorang yang pragmatis kelihatan sangat sukses  karena orientasi  hasil. Banyak orang yang memiliki kekayaan yang banyak  tanpa menanyakan prosesnya.  Apalah makna harta banyak jika hasil kecurangan seperti korupsi?  Tetapi  pragmatisme pada umumnya sesaat saja. Lalu, bagaimana kita menghargai proses  agar  sukses  yang kuat,  berakar dan menghasilkan  karya yang berkelanjutan?

Pengertian sukses dalam kehidupan sehari-hari sangat luas. Sukses dalam karir, usaha, membangun  keluarga, membangun komunitas sosial dan berbagai aspek kehidupan.   Ada juga sukses dalam membangun kehidupan spiritualitas.   Makna sukses dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam.  Dalam indikator sukses itu sangatlah subjektif.  Dalam membangun keluarga mislanya, sangat sulit  membuat parameter disebut sukses membangun keluarga?  Mengapa? Karena parameter dan nilai (valuenya) berbeda.   Menikah  tidak ada ukuran sukses karena ada yang mengukur  sukses itu dari jumlah  anak, ekonomi  dan jabatan.  Bagaimana dengan keluarga yang tidak punya anak?  Tidak mungkin disebut gagal, bukan?. Dalam konteks inilah terjadi paradigm nilai nilai masyarakat kita terbentur.

Tahun 2021 kita telah melalui  proses kehidupan selama setahun? Apakah kita sukes?   Kita merasa sukses dan patut bersyukur  karena kita telah melalui masa yang teramat sulit yaitu pandemic Covid-19.  Kita sangat bersyukur kita telah melalui masa yang teramat sulit itu.  Kita mengalami kesulitan-kesulitan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan silaturahmi, kesulitan anak-anak kita  dalam proses belajar mengajar.   Kita berharap,  proses masa masa sulit di tahun 2021  menjadi modal bagi kita agar semakin menyadari makna hidup  dan kita terus belajar untuk terus bangkit untuk sebuah makna kehidupan.

Belajar dari Anak

Dokumen Pribadi 
Dokumen Pribadi 

Dalam perjalanan saya ke Toba, Sumatra Utara  beberapa waktu lalu, saya bertemu seorang pengambil kebijakan  sebuah perusahaan. Di bandara Silangit kami  minum kopi dan  dalam perbincangan kami bertemu pembicaraan tentang dunia pendidikan.  Ternyata kami memiliki kerinduan yang sama yaitu ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman selama merantau ke anak-anak Indonesia, khususnya di kawasan Danau Toba.  Apa yang bisa kita lakukan untuk anak-anak?   Kesepakatan kami adalah ingin berbagi buku dan melakukan pelatihan-pelatihan bagi siswa dan guru untuk tujuan agar guru terus up grade diri untuk ilmu pengetahuan paling mutakhir di ilmunya masing-masing.

Dalam pembicaraan itu kami sepakat bahwa siswa yang hebat pastilah dihasilkan guru yang hebat? Bagimana caranya agar guru hebat?  Tentu saja guru memiliki  buku yang bermutu dan  mengikuti kegiatan-kegiatan akademik yang bermutu pula.  Karena itu guru harus memiliki buku, fasilitas teknologi  dan  sesering mungkin meng up grade diri dengan salah satu caranya adalah mengikuti pelatihan dibidang ilmu yang dikuasai.

Dari pembicaraan dunia pendidikan  yang kami rindukan bersama, kami bercerita tentang keluarga. Sambil   mengangkat gelas kopi  untuk saya minum, saya menanyakan jumlah anak.  Beliau yang saya panggil abang  itu menceritakan anaknya yang ketika pendidikan dasar  prestasinya biasa-biasa saja tetapi kini  menjadi magister teknik termuda diantara satu angkatan di SMA nya.  Lulus dari Perguruan Tinggi (PT) dari Bandung.     Kini menggeluti  teknologi yang berkaitan dengan pesawat terbang.

              Dari dunia teknologi, kami cerita tentang olah raga.  Saya menceritakan anakku yang pertama  berusia 14 tahun gemar sepakbola. Abang itu menanyakan kompetisi apa saja yang sudah diikuti.  Saya menceritakan  kompetisi yang sudah dilaluinya.   Saya menceritakan kesebelasan anak saya  gagal di Liga Utama Kompetisi Sekolah Sepak Bola U14 tahun.   Abang itu kaget dan mengajak agar anak saya ikut kesebelasan milik perusaahaannya.  Kesebelasan perusahaanya lolos masuk liga Utama U 14 Tahun.  Saya senang sekali ajakan itu. Saya bilang, akan saya Tanya anak saya.

              Ketika saya pulang ke rumah, saya langsung cerita ke anak saya agar pindah club ke club yang masuk liga utama U14 Tahun.  Mengikuti Liga itu kesempatan bagimu untuk bermain di lapangan bola yang amat bergengsi.  Saya siap mengantarmu  latihan walaupun jauh.   Mengikuti  liga utama U 14 tahun adalah kesempatan bagimu, ceritaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun