Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kursus Menulis atau Kursus Membuat Hati Tulus?

16 Februari 2021   06:35 Diperbarui: 16 Februari 2021   07:08 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : penerbitdeepublish.com

Di berbagai media   konvensional dan akhir-akhir ini  medsos acapkali muncul tawaran kursus menulis.  Kini ada kursus  menulis online.  Dalam tawaran mereka   ada yang menyebut menulis itu gampang dan mudah.  

Apakah   sebetulnya  yang sulit dalam menulis?  Menuliskan ide atau pendapat atau sulitnya ditemukan  ide atau gagasan?  Mengapa  ada penulis yang  sangat produktif, produktif  dan penulis kadang-kadang?  Bagaimana sebetulnya hubungan  tulisan dan perilaku sehari-hari? Apakah ada kaitan pergulatan batin dan produktivitas penulis?  Apakah ada kaitan  nilai nilai perjuangan dengan produktivitas menulis?

Kemarin sore saya keliling  kawasan perumahan Gading Serpong yang cukup  luas.  Di pinggir jalan yang agak  menggunung  perumahan itu ada dua  Satpam duduk dan di pinggir jalan ada dua sepeda motor khusus Satpam yang disebut sepeda motor reaksi cepat.   

Karena jalan luas aku  menanya Satpam apakah bisa parkir dipinggir jalan karena saya akan menonton bola di belakang Satpam. Saya memang penggila  menonton bola orang kampung. Lebih suka menonton Tarkam daripada Liga Inggris yang komersil itu.    Orang kampung datang untuk memanfaatkan lahan kosong Peumahan Gading Serpong untuk bermain bola. Satpam itu memperbolehkan saya  memarkirkan mobil saya.

Setelah saya selesai menonton bola orang kampung itu saya ajak Satpam berbincang. Kami berbincang kemudian saya ajak bercanda dengan mengatakan gara-gara kalian dua pedangang kaki lima tidak ada di sepanjang jalan .  Sesama orang "miskin"  dilarang berdekatan iya bang?. Kedua Satpam langsung tertawa lepas.  Dalam hatiku, mereka berdua sangat cerdas karena memahami makna selorohku.  Begitulah bang, katanya.

Saya mengatakan bahwa di masa sulit ini ada yang janggal menurut saya yaitu di satu sisi pemerintah memberikan Bantuan Presiden (Banpres)  Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp 2,4 juta tiap keluarga   tetapi disisi lain  mereka diusir-usir sama abang.  Para penjual dipinggir jalan  yang kucing-kucingan dengan abang tiap hari itu  penerima BPUM. 

Saya beberapa kali menanyakan mereka.  Seharusnya mereka yang dimodali Presiden Jokowi  harus dijaga agar modal itu tidak habis.  Mereka kaget ketika saya menceritakan kontradiksi itu.  Mengapa pedagang kaki lima banyak disini bang? Tanyaku kepada mereka berdua.

 Pertanyaan kulontarkan dan saya juga memberikan jawaban yaitu karena  pembangunan hotel itu. Jika hotel yang didepan kita ini  selesai maka secara otomatis pedagang itu akan pindah ke tempat lain.  Jika pedagang  asongan itu diusir-usir maka para tukang itupun kesulitan  mencari makan. 

Buruh lepas kesulitan cari makan dan  pedagang asong juga sulit menadapt rezeki. Mengapa  tidak diatur saja di lahan kosong yang amat luas ini? Kedua Satpam itu manggut-manggut saja dan mengiyakan apa yang saya katakana.

Namun, salah satu dari mereka  mengatakan bahwa pedagang itu kemungkinan tidak mau difasilitasi ke tempat kosong. Kendala lain adalah warga disini banyak yang complain karena kehadiran para pedagang itu. Kesannya kumuh iya kalau banyak pedagang dipinggir jalan?, tanyaku. Tetapi kan dalam kondisi  sulit karena Covid-19 solidaritas seharusnya kuat. Kalau tidak solidaritas kuat bisa saja banyak rakyat kesulitan. Jika banyak yang kesulitan, sepeda orang kaya bisa hilang juga jika banyak yang pengangguran?, betul bang kata mereka berdua serentak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun