Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Sebastian Menjadikan Lapas Itu Mencari Hikmat dan Kesempurnaan

5 Februari 2021   13:43 Diperbarui: 5 Februari 2021   17:46 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Aktivis lingkungan khususnya kawasan Danau Toba Sebastian Hutabarat telah keluar dari penjara Pangururan Kabupaten Samosir setelah 1 bulan di penjara. Sebastian Hutabarat dipenjara karena dituding fitnah pemilik usaha yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup di Pulau Samosir, Sumatra Utara.

Ketika dia diputuskan bersalah publik teriak. Mengapa orang baik masuk penjara? Bukankan Sebastian yang dianiaya?. Kok Sebastian yang dipenjara? Peristiwa itu viral dan sekaligus memberikan peta potret masyarakat yang pro lingkungan dan status quo.

Status quo mengatakan, "semua sama di mata hukum". Andaikan guru besar hukum UNDIP Prof. Satjipto Raharjo dengan pandangan hukumnya yang meminta berhukum dengan nurani masih hidup, dia akan jengkel melihat peristiwa ini.

Ketika Sebastian Hutabarat diputus penjara dan banding ke Pengadilan Tinggi Sumatra Utara di Medan yang memutuskan 1 bulan penjara maka Sebastian Hutabarat ingin memberitahukan Presiden Jokowi peristiwa ketidakadilan ini. 

Sebab apa yang dia lakukan hanya untuk melestarikan lingkungan. Sebastian Hutabarat bergulat, bergumul, berpikir dan bertindak untuk masa depan Danau Toba yang diekploitasi secara terus-menerus. Dampak eksploitasi makin nyata dan pelestari tidak kelihatan nyata.

Mengapa orang baik, pemeberani, pemurah dan orang yang sangat pro kehidupan masuk penjara? Apakah Sebastian Hutabarat tidak berbahaya masuk penjara? Bahayanya apa? Sebastian Hutabarat orang jujur dan bicara apa adanya.

Sebastian adalah orang yang abai konsekuensi hukumnya. Satu hal yang membuat aku senyum dan kuatir ketika itu adalah jika Sebastian Hutabarat keluar penjara apakah dia akan menceritakan apa yang dia lihat, dengar dan rasakan di penjara? Apakah Sebastian akan menceritakan kasus apa saja yang dia dengar dan lihat di penjara?.

Bagaimana seorang Sebastian Hutabarat mendengar apa yang dialami penghuni di penjara?. Apakah batinya makin terluka? Mendengar cerita-cerita dipenjara dan bagaimana menghadapi hukum? Saya menduga Sebastian merana mendengar cerita-cerita teman-temannya di penjara. Walaupun demikian, Sebastian Hutabarat akan berhikmat mendengar dan menceritakannya.

Cerita di penjara pasti sangat dalam dipahaminya dalam penjara. Cerita kasus dan proses teman-temannya hingga masuk penjara kemungkinan membuatnya banyak meminta hikmat dari Tuhan. Artinya semua keburukan dan kebaikan aparat hukum selama dia dipenjara akan dia dengar dari teman-temannya. Potret hukum kita akan makin dalam dipahaminya.

Beberapa kali saya mengunjungi dan melihat sahabat di penjara, tidak kuat juga melihat dan mendengarnya. Intinya, kita membutuhkan paradigma hukum. Dua hari yang lalu saya berjumpa dengan pengacara Sumatra Utara Maya Manurung. Maya mengiyakan bahwa kita butuh paradigma hukum. Paradigma yang pro kehidupan.

Saya menceritakan ke Maya Manurung kekecewaan saya akan sarjana hukum kita yang acapkali kehilangan makna tujuan hukum yang memberi kehidupan.

Sebastian Hutbarat telah menyelesaikan hukumannya yang walaupun tidak adil itu selama 1 bulan. Kelihatannya dia menikmati. Saya mendengar bahwa Sebastian akrab dengan teman-temannya di penjara. Dia sangat mudah beradaptasi dan memberi kasih kepada orang-orang di sekitarnya. Saya yakin teman-temannya senang karena Sebastian Hutbarat adalah orang yang murah hati dan bersikap memberi kasih kepada teman-temannya. 

Sebastain memang orang yang senang melakukan pendekatan teologia, budaya, seni dan semua yang humanis. Buktinya, ketika Sebastian mau pulang dia bernyayi dengan teman-temannya dan penjaga penjara. Lagi mereka sangat mengharukan. Saya menduga bahwa Sebastian akan sering menjenguk teman-teman almamaternya itu. Memang begitukah Sebastian.

Sebastian yang pemberani, pengasah nurani dan seorang yang intelektual. Keberanian, nuraninya yang terasah dan inteletualnya akan terbentur dengan kekuasaan yang tidak pro kehidupan. Hebatnya, benturan itu membuatnya makin matang dalam bersikap. 

Kematangan, hikmat dan semangat melayani akan makin membara baginya setelah naik kelas dan almamaternya di Lapas Pangururan. Ilmu dari Lapas Pangururan akan menyempurnakan ilmunya dari UNPAR Bandung dan kegiatan aktivitasnya selama ini. Selamat naik kelas sahabatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun