Saya menceritakan ke Maya Manurung kekecewaan saya akan sarjana hukum kita yang acapkali kehilangan makna tujuan hukum yang memberi kehidupan.
Sebastian Hutbarat telah menyelesaikan hukumannya yang walaupun tidak adil itu selama 1 bulan. Kelihatannya dia menikmati. Saya mendengar bahwa Sebastian akrab dengan teman-temannya di penjara. Dia sangat mudah beradaptasi dan memberi kasih kepada orang-orang di sekitarnya. Saya yakin teman-temannya senang karena Sebastian Hutbarat adalah orang yang murah hati dan bersikap memberi kasih kepada teman-temannya.Â
Sebastain memang orang yang senang melakukan pendekatan teologia, budaya, seni dan semua yang humanis. Buktinya, ketika Sebastian mau pulang dia bernyayi dengan teman-temannya dan penjaga penjara. Lagi mereka sangat mengharukan. Saya menduga bahwa Sebastian akan sering menjenguk teman-teman almamaternya itu. Memang begitukah Sebastian.
Sebastian yang pemberani, pengasah nurani dan seorang yang intelektual. Keberanian, nuraninya yang terasah dan inteletualnya akan terbentur dengan kekuasaan yang tidak pro kehidupan. Hebatnya, benturan itu membuatnya makin matang dalam bersikap.Â
Kematangan, hikmat dan semangat melayani akan makin membara baginya setelah naik kelas dan almamaternya di Lapas Pangururan. Ilmu dari Lapas Pangururan akan menyempurnakan ilmunya dari UNPAR Bandung dan kegiatan aktivitasnya selama ini. Selamat naik kelas sahabatku.