Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Meningkatnya Peradaban di Jalan Raya Tatkala Polantas Tanpa Tilang

26 Januari 2021   17:46 Diperbarui: 26 Januari 2021   17:48 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : tribunnews.com

Salah satu  kisah hidup saya  yang paling menyakitkan adalah soal   ditilang polisi hanya karena kesilapan yang manusiawi.  Tahun  1997 di Pekanbaru saya naik sepeda motor menyenggol seorang ibu hanya sedikit saja  polisi  menilang saya padahal ibu itu tidak keberatan dan kami sudah saling memaafkan.  

Tahun 2000 di Bogor  di tugu Kujang  Bogor saya lurus seperti biasanya, tetapi ternyata  hari libur harus belok kiri. Ketika itu saya baru 2 bulan di Bogor dalam rangka studi.  Di Tangerang saya ditilang lagi karena tidak bawa STNK karena motor pinjaman.  Di Jakarta saya ditilang karena   multi tafsir tanda-tanda lalu lintas. Cukup banyak  saya ditilang polisi dan semuanya ditilang karena tidak bayar ditempat.

              Sepanjang pengalaman saya di berbagai kota  ditilang  karena tidak bayar tempat. Terakhir di Jakarta  diminta Rp 200 ribu daripada  di siding  Rp 500.000 katanya.   Saya memilih  disidang tetapi  pembayaran tanpa siding ada yang lebih murah. Ternyata saya menemukan para pengendara sepeda motor lebih memilih di sidang  hanya hadir antrian dan bayar sengatku Rp 250.000.  Dalam hati saya, jika ke polisi Rp 200.000, kalau ke sidang Rp 250.000.  Saya melihat tidak masuk ke kas Negara. Sejak itulah saya ditilang bayar ke rekening.

              Dalam keseharian saya selalui bersikap tertib lalu lintas atau menggunakan helm kalau naik motor, pakai sabuk pengaman ketika mengendarai mobil bukan karena takut ditangkap polisi. Tetapi bersikap tertib karena kesadaran akan keselamatan.  Disiplin  atau tertib berlalu lintas karena kesadaran keselamatan dan memikirkan orang lain  agar semua selamat dan tidak macet.  Sejak remaja saya melatih diri saya untuk selalu disiplin dalam segala hal. Hidup teratur dan disiplin  dalam segala perilaku sangat kunikmati.  Kecuali disiplin mengedit tulisan yang selalu tinggal kelas.

              Bagaimana dengan rencana Polantas tidak lagi menilang  kendaraan jika melakukan kesalahan?. Apakah  lalu lintas kita makin tertib?.  Kendala utama kita dan hal yang jauh dari peradaban  di lalu lintas kita adalah dugaan adanya polisi yang mengintip pengendara yang salah dan transaksi di jalanan. Bagi saya  hal semacam ini  jauh dari makna peradaban. Apakah benar polisi mengintip?. Hal itu memang perlu pembuktian, tetap hal semacam itu telah menjadi kebenaran publik.  Hal ini harus dikikis dari kehidupan kita yang membangun peradaban.

              Sepanjang hidup saya hal yang paling ribet adalah berhadapan dengan polisi.  Tafsir hukumnya sering sekali sesuka polisi.  Tidak sedikit kasus pengendara  yang memutar balik arah karena melihat  polisi dan akhirnya tabrakan.  Beberapa  kali saya berdebat denga polisi karena  misalnya  ketinggalan STNK. Kalau tertinggal STNK bisa saja dijemput sebentar ke rumah karena hanya 5 atau 10 menit menjemputnya.   Argumentasi polisi  selalu dengan tafsirnya. Karena itu, sering adu kekuatan hingga argumentasi yang jauh dari makna peradaban.  Argumentasi yang jauh dari peradaban  cukup sering saya lihat di video medsos.

              Rencana Polantas  tidak menilang akan berdampak kepada objektivitas polisi. Dampak terhadap polisi adalah tidak lagi adanya kecurigaan bahwa polisi sedang mengintip pengendara yang salah.  Polisi akan objektif dan akan menegur pengendara jika kesalahan hanya kecil atau hanya karena  kesilapan yang wajar.  Jika  STNK tertinggal maka  bisa dijemput sebentar atau bisa dikirim  lewat foto atau bisa saja video call. Dengan kata lain ada niat  baik untuk komunikasi antara polisi dengan pengendara sehingga tercipta  peradaban yang tinggi.  Jadi, Polantas tanpa tilang sangat baik bagi polisi.  Bagi pengendara   tentu saja makin hati-hati karena kalau ditilang elektronik  mahal. Terkesan selama ini banyak yang tidak peduli karena ada persepsi bayar murah dengan polisi. 

              Polantas  tanpa tilang  ditempat akan baik bagi polisi dan masyarakat. Kelak dengan sistem Polantas tanpa tilang akan berdampak kepada  polisi memperbaiki kinerjanya dan masyarakat belajar disiplin karena amahal kalau salah.   Dengan demikian hubungan komunikasi polisi  khususnya Polantas  dengan pengguna jalan akan membaik.  Komunikasi yang baik, saling percaya akan membangun peradaban yang tinggi bagi bangsa kita tercinta.  Polantas tanpa tilang akan mewujudakan polisi yang melayani, mengayomi dan melindungi.   

              Apapun kebijakan  jika tidak diikiuti kesadaran  maka semua akan sia-sia. Karena itu kesadaran pengguna jalan akan kontribusinya untuk kebaikan umum penting. Kesadaran polisi  yang melayani, mengayomi dan melindungi  junga sangat dibutuhkan. Jika semua sadar maka  Polantas tanpa tilang  akan memberikan kontribusi peradaban bagi bangsa kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun