Sejatinya kita memilih profesi berdasarkan panggilan hidup dan pergumulan batin. Pergumulan batin untuk menjawab persoalan masyarakat itulah kebahagiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, ahli hukum bicara energi, ahli pertambangan bicara energi, dan ahli ekonomi bicara energi pengetahuannya tidak jauh berbeda. Berbeda karena sudut pandang atau perspektif.Â
Hal yang membedakan adalah Teknik pertambahan profesional di bidang teknisnya dan ahli hukum bicara kegiatan-kegiatan pengelolaan energi berdasarkan perspektif hukum.Â
Ahli ekonomi memberikan pendapat akan kesinambungan pengelolaan energi berdasarkan ilmu ekonomi. Artinya, ahli pertambangan, ahli hukum dan ahli ekonomi harus berdialog masalah pengelolaan energi. Mereka juga harus berdialog dengan ahli sosiologi dan anthropologi dalam rangka melakukan penambangan energi di suatu daerah.
Semua ilmu pengetahuan itu saling terkait, karena itu sangat mengherankan jika ada kesan bahwa ilmu kedokteran lebih keren dari ilmu sastra. Ilmu teknik lebih keren dari pertanian.Â
Keterbatasan ilmu pengetahuan kita membutuhkan dialog dengan berbagai ilmu lainnya untuk menjawab persoalan masyarakat. Seorang pemain bola atau pemain bulu tangkis perlu belajar dengan ahli fisika dan matematika dalam rangka optimalisasi kariernya sebagai olahragawan.Â
Betapa hebatnya, jika pemain bola belajar fisika dalam menendang bola. Dalam fisika kita mengenal gerak parabola. Demikain juga cara mengatasi lapangan yang berbeda, tentu membutuhkan ilmu fisika soal gesekan.
Bagaimana cara agar anak kita senang berdialog dengan temannya agar wawasannya luas? Dalam kondisi inilah kita latih anak kita untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi.Â
Kepekaan sosial ini membuat anak senang berpikir untuk menolong orang lain dan lama kelamaan akan berpikir besar untuk banyak orang. Kepekaan sosial ini menyadarkan si anak untuk mencari seluruh ilmu pengetahuan untuk menolong orang.Â
Berangkat dari titik ingin menolong orang akan membuat dia belajar banyak tentang samudra ilmu pengetahuan. Jika anak mau menolong yang diperlakukan tidak adil, maka dia akan belajar hukum.Â
Jika anak mau menolong petani miskin, dia akan berdialog dengan ahli pertanian. Dialog-dialog itulah kelak membuat anak mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu untuk menjawab kebutuhan masyarakat.Â