Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis dan Mencangkul Itu Membutuhkan Kreativitas

3 Juli 2020   12:02 Diperbarui: 3 Juli 2020   12:06 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika saya masih anak-anak, remaja hingga dewasa  kegiatan yang paling saya suka ketika  tinggal di desa adalah mencangkul di sawah dan di darat. Mencangkul di sawah lebih  asyik dibandingkan di darat karena di sawah itu ada air dan lumpur. Jadi, kalau diterpa terik matahari badan tidak terasa panas. Di sawah ada pula ikan-ikan yang menyenangkan.  

Hal yang paling menyenangkan ketika mencangkul  sawah maupun ladang adalah ketika lahan yang kita cangkul  itu sesuai target dan hasilnya kelihatan apik. Demikian juga menulis, rasanya bahagia jika  tulisan sudah selesai dan ketika baca ulang atau dikenal dengan mengedit mirip dengan merapikan sawah atau ladang yang baru kita cangkul.

Menulis dan mencangkul itu  kesulitannya mirip juga. Jika kita menulis topik  yang belum kita pahami sama dengan  mencangkul lahan yang belum pernah dicangkul. Misalnya,  lahan yang  ratusan tahun belum pernah diusahai maka akan kita jumpai akar-akar pohon yang membutuhkan alat  tambahan seperti kampak, parang, gergaji, martil dan alat ungkit lain untuk mengeluarkan akar-akar pohon di lahan yang akan kita cangkul. 

Demikian juga  jika tulisan yang akan kita tulis topik  baru tentu membutuhkan kamus, atau mencari buku-buka bacaan terkait dengan topik yang akan kita tulis.

Membuka lahan baru dengan banyak kesulitan dan tantangan mirip dengan ketika menulis topik baru maka wawasan kita bertambah.  Lahan baru yan kita cangkul akan memperluas  lahan pertanian kita. 

Demikian juga dengan topik  baru yang kita tulis akan  sangat menarik dan akan kita integrasikan dengan pengetahuan kita yang lama.  Tulisan kita yang baru dari ilmu yang baru kita pelajari  mungkin pemahaman kita dangkal, tetapi lama kelamaan akan dalam kita memahaminya dan  pengetahuan kita makin holistik.

Banyak orang menghindari menuliskan tentang hal baru. Alasanya karena bukan bidangnya.  Tetapi, dia lupa bahwa tulisan yang holistik  dalam  melihat persoalan  akan memberikan solusi yang terbaik. Ilmu itu saling  kait mengait.  

Ketika kita menulis hal baru, tanpa sadar pengetahuan kita bertambah dan ketika kita berkontemplasi  akan menemukan kaitan satu hal dengan hal lain. Dengan demikian, kita melihat masalah tidak sektoral.

Tulisan memang dituntut fokus dalam  sebuah kejadian, tetapi  perlu sudut pandang lain agar  dilihat permasalahn secara holistik.  Sebagai contoh  adalah ketika banjir Jakarta   maka agar kita memahami apa yang terjadi akibat banjir  dan merasakan perasaan korban banjir maka kita akan datang ke lokasi banjir dan ikut basah berasama korban banjir. Tetapi ada kalanya kita naik helikopter untuk melihat situasi banjir secara umum. Ketika melihat dari helicopter maka kelihatan sumber banjir dan luasnya banjir kota Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun