Menjelang Pilkada 2020 yang akan dilaksanakan tanggal 9 Desember tahun 2020 yang akan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, Bupati dan Wakil Bupati.Â
Cara-cara Gubernur memilih Wakilnya, Walikota dan Wakilnya, Bupati dan Wakilnya mengingatkan saya akan kawan-kawan saya waktu lajang untuk mencari pacar. Senang mengungkapkan cintanya kepada banyak wanita dan semakin banyak diungkapkan, semakin besar peluang mendapatkannya.Â
Ada pula yang sudah pacaran, mau ganti pacar dicari dulu yang baru, jika sudah mau kemudian diputus yang lama. Ada pula yang pasang yang lama dan yang baru. Keduanya atau semua yang mau ditampung dengan susah payah.
"Senang mengungkapkan cintanya kepada banyak wanita dan semakin banyak diungkapkan, semakin besar peluang mendapatkannya."
Berpacaran tanpa prinsip dan etika sama halnya mencari pasangan politik tanpa karakter dan nilai. Pertimbangannya hanya untuk menang. Bisa kita maklumi mengapa pasangan Pilkada (Gubernur/Wakil, Walikota/Wakil, Bupati/Wakil) melakukan seperti itu.Â
Dalam konstitusi kita pasangan Pilkada bisa dicalonkan jika memenuhi 20 % kursi DPRD. Karena itu, seorang calon harus mencari pasangan yang memiliki partai pengusung. Kemudian dukungan partai politik keduanya cukup untuk meraih tiket menjadi pasangan calon.
Dalam tatanan teoritis dipelajari etika, tetapi dalam praktek hamper semuanya oportunis. Hampir tidak ada yang memiliki apa yang disebut komitmen. Serba oportunis. Apa yang diharapkan dari seorang yang oportunis? Hidup tanpa karakter. Seorang yang memiliki pacar lebih dari satu jika ketahuan, resikonya besar yaitu ditinggal semuanya, bukan?
Dalam praktek politik memang sulit diharapkan yang ideal, karena itulah ada perjuangan nilai dan etika. Jika harus melanggar nilai dan etika, lebih baik tidak mencalonkan. Itu kalau memiliki prinsip.Â
Hal itu bisa terjadi jika calon sudah jauh hari terjun ke dunia politik. Jika seseorang sudah lama berpolitik, maka jauh hari sudah mempersiapkan diri dan memahami peta politik.
Jika harus mencari pasangan baru maka dibicarakan dari hati ke hati. Jokowi ketika diisukan berpasangan dengan Mahfud MD dan tiba tiba diganti dengan pasangan KH M Amin sangat elegan. Jokowi bicara dari hati ke hati dengan Mahfud MD yang kini menjadi Menko Polhukam. Jokowi menyelesaikan dengan baik tanpa konflik.