Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pembangunan yang Ramah Lingkungan Itu Mengutamakan Rakyat

5 Juni 2020   07:42 Diperbarui: 5 Juni 2020   09:43 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 5 Juni sejak tahun 1974 diperingati sebagai hari lingkungan. Hari lingkungan  berawal dari kesadaran dunia dibawah payung Perserikatan  Bangsa-Bangsa (PBB)  menyadari menurunya kualitas lingkungan. Ketika pertama kali diperingatai kondisinya ketika itu kasus minamata di Jepang dan kabut asap mengancam Eropa.  Tahun 2020 dunia dilanda pandemi Covid 19. Kondisi memperingati pertama kali tahun 1974 dengan sekarang, tetapi ancaman Pandemi 2020 lebih mengerikan.  Ketika pandemi Covid 19 mengancam kita, terbukalah kesalahan-kesalahan kita dalam membangun.

Ketika bulan Maret 2030 Covid 19  masyarakat Indonesia diajak  di rumah saja (stay at home) dan bekerja di rumah saja (work from home).   Pandemi Covid 19 datang sekaligus menguji daya tahan ekonomi, mental,  kedisiplinan, kebersamaan, solidaritas, kepedulian dan lain sebagainya. Kelihatan sekali kepiawaian  pemimpin.  Dan, ternyata terbukti daya tahan rakyat kita sangat lemah sehingga disalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT), pembagian sembako dan berbagai bantuan dari pemerintah pusat, provinsi dan  kabupaten/kota.

BLT dan Sembako dibagi, rakyat penerima berkerumun walaupun dilarang berkerumun. Pemerintah Kabupaten/kota tidak cakap cara membagi karena kemungkinan Pilkada. Kelihatan sekali banyak para petahana  yang ingin bertarung lagi  memberi  ke rakyat  secara langsung bantuan itu. Pemberian langsung itu ditafsir dengan berbededa. Kontestan  dan pendukung pendatang baru menyebut pemebrian langsung itu sebagai politisasi bantuan, sementara pendukung petahana menyebutnya peduli rakyat. Dalam realitanya, rakyat penerima  BLT dan sembako itu sekaligus pembuktian pemimpin daerahnya, gagal, bukan?. Semakin banyak penerima BLT, dan sembako semakin membuktikan kegagalan pembangunan ekonomi rakyat selama ini.

Dalam refleksi hari lingkungan 5 Juni 2020 ini kita bertanya,"mengapa petani, nelayan, peternak" diberikan sembako?. Bukankah petani penghasil beras, ternak, telor, ikan, dan berbagai  produk sayur-mayur dan buah-buahan?.  Bukankah nelayan penghasil ikan?. Bukankah  peternak penghasil  berbagai macam ternak?.   Secara logika  jika pandemi Covid 19   datang,  maka petani, nelayan dan petenak memiliki daya tahan kuat karena sumber makanan dihadapan mereka setiap hari.  Kondisi sekarang ibarat rumah makan nasi  disumbang nasi bungkus karena kelaparan. Mengapa?. Karena bahan untuk rumah makan terputus. Mengapa?, inilah bukti selama ini kita membangun tidak secara berkelanjutan.

Sesungguhnya, apa persoalan pembangunan kita  sehingga petani padi disumbang beras oleh perusahaan pulp di Toba?.  Mengapa daya tahan petani begitu lemah?. Apakah mereka memang lemah?. Jawaban ini sulit karena persoalan data.  Bupati Toba  mengambil kebijakan dalam rangka membentuk opini saja. Bupati membangun opini bahwa dia peduli. Mengambil kebijakan tanpa data yang valid.

Apa persoalan petani kita sehingga harus dibantu beras, gula, telur, mie dan lain sebaginya?.  Persoalan petani kita adalah petani tidak memiliki lahan. Jika tidak memiliki lahan, mengapa tidak diberikan lahan untuk bertani?. Mengapa petani kita tidak dibina?.  Mungkinkah mereka mampu bangkit dari kemiskinan tanpa solusi kebijakan pemerintah?.  Apakah lahan sulit dicarikan pemerintah untuk mereka?.  Dihampir semua Kabupaten ada lahan yang tidak dimanfaatkan. Sejatinya lahan itu dikelola dengan teknologi oleh pemerintah. Sedihnya, alat pertanian bantuan pemerintah  sering menjadi rongsokan karena alasan tidak ada biaya pemeliharaan dan mungkin ongkos membagi ke petani. Pemimpin daerah memang jarang yang kreatif.  Pemimpin daerah biasanya bermasalah dengan dirinya dan internalnya. Energi dan waktu habis soal dirinya dan internalnya. Hal semacam ini konsekuensi pemimpin yang tidak berintegritas. Integritas mengahsilkan inovasi, kreatif, semangat untuk membangkitkan rakyat dari kemiskinan.

sigapiton-inang-2-5ed996d3097f362c604ee4e3.jpg
sigapiton-inang-2-5ed996d3097f362c604ee4e3.jpg
Kemiskinan rakyat kita  sulit  bangkit tanpa intervensi kebijakan karena lahan terbatas. Lahan terbatas karena sudah milik korporasi. Kejamnya, pemerintah lebih berpihak kepada korporasi dengan alasan kehadiran korporasi akan memperbanyak perputaran uang. Sedangkal itukah kita memahami pembangunan?. Kita rajin meratifikasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Tetapi dalam prakteknya  kita kapitalis sejati.  Sibuk untuk diri sendiri atau saya sebut sikap  Sor Sendiri (S2).

Jika kita memahami distribusi keadilan maka petani kita akan rajin karena jelas target yang akan mereka kerjakan. Hasilnya jelas dan harganya jelas.  Jika hasil dan harga jelas, tidak akan ada petani malas-malasan. Mereka akan bekerja keras untuk mencapai mimpi mereka. Petani, nelayan, peternak dan pekerja disemua sektor kerja keras jika mereka mendapatkan intensif.  Selama ini kebijakan kita tidak mengutamakan rakyat.

Di hari lingkungan hari ini hal yang mendasar kita sadari adalah menghidupkan orang banyak untuk mandiri. Kita hentikan cara berpikir orang banyak untuk meraup keuntungan kita. Jika kita berpikir untuk diri sendiri dengan mengorbankan orang lain, hasilnya adalah uang kita banyak, orang lain miskin, kita sendiri picik, kikir dan tidak akan dikenang orang sepanjang zaman.  Memberi hidup untuk orang lain, itulah makna pembangunan berkelanjutan. Dimanapun, kapanpun tidak ada pembangunan berkelanjutan jika dihuni manusia rakus.

Covid 19 mengajarkan kita dengan sadar bahwa kita hidup bersama. Kita harus bersama melawan Covid 19. Kita akan menang jika secara bersama. Karena itulah kita tinggal di rumah saja secara bersama.  Demikain juga ekonomi akan bangkit jika kita bersama. Jika kita kaya sendiri maka yang miskin akan rusuh dan kita juga akan menjadi korban. Lingkungan aman dan nyaman harus dimulai dari diri sendiri.

Dalam peringatan hari lingkungan tidak lagi kegiatan seremonial seperti menanam pohon, membersihkan sungai, seminar, membuat prangko, dan lain sebagainya. Terpenting dari hari lingkungan adalah gerakan kesadaran yang mengutamakan lingkungan   sebagai tempat tinggal kita. Semua itu bermuara kepada distribusi  kita untuk keadilan bagi sesama dan lingkungan kita.

             

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun